GridHEALTH.id - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan peta jalan untuk melakukan transisi secara perlahan memasuki fase endemi Covid-19.
“Sejalan dengan sejumlah negara yang sudah melakukan pencabutan pembatasan Covid-19 dengan berbagai pendekatan, transisi dari pandemi jadi endemi ini juga perlu dilakukan secara bertahap,” kata Reisa dalam Siaran Sehat bertajuk “Siapkah Indonesia Menuju Endemi” yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (07/03/2022).
Mengenai hal ini, Prof. Wiku Adisasmito menjelaskan terkait istilah endemi yang belakangan akrab di tengah-tengah masyarakat.
Dimana endemi juga menjadi tujuan Indonesia setelah melewati masa pandemi.
Istilah endemi digunakan untuk menggambarkan keberadaan sebuah penyakit yang cenderung terkendali karena jumlah kasus yang rendah secara konsisten, dengan luas daerah terdampak dan durasi yang beragam di tiap daerah.
"Penetapan status endemi merupakan otoritas badan kesehatan dunia (WHO) karena untuk merubah pandemi yang berdampak pada banyak negara diperlukan perbaikan kondisi kasus secara global," papar Prof. Wiku menjawab pertanyaan media dalam agenda keterangan pers di Graha BNPB, Selasa (8/3/2022) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Pada saat berada dalam kondisi endemi, dapat diindikasikan dari jumlah kasus dan kematian yang rendah bahkan 0 dalam jangka waktu tertentu. Dan kondisi ini hanya dapat tercapai jika masyarakat secara kolektif menjalankan pengendalian COVID-19 dengan optimal.
"Kedepannya semoga masyarakat dunia semakin baik beradaptasi hidup berdampingan dengan COVID-19," jelasnya.
Pandangan lain mengenai endemi, menurut epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Bayu Satria Wiratama mengatakan, rencana pemerintah untuk mengubah pandemi Covid-19 menjadi endemi sebaiknya menunggu cakupan vaksinasi di Indonesia mencapai 100 persen.
Baca Juga: Khasiat Bawang Putih Bagi Pria, Bisa Jadi Obat Impotensi Rumahan
"Karena kita tidak bisa lagi bilang (vaksinasi) cuma 70 persen sesuai target. Kalau mau ke arah sana ya harus semua divaksinasi," kata Bayu, dikutip dari OkeZone (10/3/2022).
Menurut Bayu, dengan vaksinasi mencapai 100 persen imunitas masyarakat termasuk kelompok rentan dan lansia telah terbentuk dengan level yang sama sehingga apabila terinfeksi Covid-19 tingkat keparahannya ringan.
Selain vaksin dosis satu dan dua mencapai 100 persen, ia juga berharap cakupan vaksinasi booster setidaknya mencapai 50 persen.
"Karena nanti misalnya muncul varian-varian baru mungkin selain Omicron harapannya imunitas sudah terbentuk," kata dia.
Pembentukan imunitas penduduk, menurut dia, menjadi kunci untuk menuju fase endemi.
Salah satu indikator vaksinasi mampu meningkatkan imunitas, menurut dia, bisa dilihat dari tingkat keparahan dan kasus meninggal dunia yang menurun.
"Seperti masa Omicron sekarang jumlah kematian tidak sebanyak dulu dan harapannya bisa lebih turun lagi," kata dia.
Peralihan dari pandemi ke endemi, menurut Bayu, layaknya influenza. Virus dan penderitanya masih ada akan tetapi tidak sampai memunculkan keparahan yang berat.
Perubahan pandemi influenza ke endemi membutuhkan waktu yang lama hingga belasan tahun karena belum ada vaksin seperti saat ini, sehingga pembentukan imunitas hanya menunggu infeksi alami.
Baca Juga: Penyandang Bipolar juga TikToker Cantik Positif Covid-19 Derita Steven Johnson Syndrome
"Flu tidak hilang tapi lama-lama flunya menjadi ringan sehingga sudah tidak menimbulkan kematian lagi. Dulu prosesnya sampai belasan tahun," ujar dia.
Kabar terbaru dari Pemerintah Indonesia saat ini, disampaikan langsung oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, pihaknya sedang menyusun roadmap menuju situasi endemi Covid-19.
Artinya ini kita semua akan kembali hidup normal. Tak perlu lagi menggunakan masker saat keluar rumah, juga tak perlu jaga jarak.
Tapi harus ingat, sebelum mencapai situasi endemi, sejumlah indikator harus dicapai yaitu transmisi komunitas berada di Level 1, cakupan vaksinasi minimal 70 persen, pelaksanaan 3T (testing, tracing dan treatment) sesuai standar dan laju penularan kurang dari 1.
"Jadi pelonggaran-pelonggaran aktivitas masyarakat yang itu kita lakukan, termasuk prokes tentunya akan dinilai sesuai keadaan tren dan kembali seperti yang kita ketahui bersama pada prinsipnya kita mencari titik keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan non kesehatan, karena ini harus sinergis keduanya," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (8/3/2022).
Masih menurut dr. Nadia, dalam menyusun roadmap menuju endemi Covid-19, pelonggaran protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan menggunakan masker tidak dilakukan secara bersamaan.
Jadi menurutnya, bisa jadi menjaga jarak dihapuskan untuk kondisi tertentu terlebih dahulu.
Semisal, dalam kegiatan ibadah, namun, tetap memerhatikan pencegahan penularan virus.
Kapankah Indoensia bisa masuk dase Endemi?(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar