GridHeaLTH.id - Subvarian Omicron BA.2 berpotensi menjadi ancaman menjelang ramadan 2022.
Hal itu seperti disampaikan langsung oleh Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
Menurut Dicky, potensi ancaman dari Subvarian Omicron BA.2 tersebut diketahui berdasarkan data global yang ada.
Dimana dalam beberapa waktu terakhir beberapa wilayah di dunia melporkan lonjakan kasus Covid-19.
Mulai dari Eropa, Cina, Hongkong hingga Korea.
Sehingga diprediksi sekitar dua hingga minggu ke depan akan ada lonjakan kasus di Amerika dan India.
"Di antara BA.2 dan Deltacron, BA.2 ini yang harus kita waspadai saat ini."
"Bukan berarti Deltacron diabaikan. Tapi secara data, fakta, itu BA.2 yang Indonesia bisa berpotensi menyebabkan lonjakan baru," ujarnya dilansir dari Tribunnews, Jumat (25/3/2022).
Meskipun gelombang baru mungkin tidak sebesar varian Omicron.
Baca Juga: Diungkap Penilitian Terbaru, Ini Lama Varian Omicron Bisa Bertahan di Permukaan Benda
Daerah yang Rawan Subvarian Omicron BA.2
Di sisi lain cenderung akan berdampak pada daerah tertentu.
Terutama cakupan daerah yang vaksinasi Covid-19 masih belum memadai khusus dosis dua dan booster.
Oleh karena ada beberapa hal yang harus menjadi catatan.
Apa lagi saat ini sedang menjelang aktivitas bulan Ramdan dan hari raya Idul Fitri.
Subvarian BA.2 ini menjadi salah satu yang mesti diwaspadai.
Apalagi cakupan vaksinasi Covid-19 masih rendah di beberapa daerah.
Hal ini tentu cukup mengkhawatirkan, khususnya bagi kelompok berisiko.
"Jadi harus kuat mitgasinya. Ditambah dengan booster dan protokol kesehatan. Kemudian di masa puasa atau lebaran, kelonggaran bisa terjadi. Namun harus ditingkatkan upaya mitigasi," tegas Dicky.
Cegah Ancaman Subvarian Omicron BA.2
Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengejar cakupan vaksinasi Covid-19 untuk dosis dua dan tiga atau booster.
Baca Juga: Moderna Klaim Vaksin Covid-19 Aman Bagi Balita, Ajukan EUA ke FDA
Upaya ini terhitung cukup membantu merendam lonjakan kasus.
Khususnya pada kelompok rawan seperti orang lanjut usia dan mereka yang memiliki komorbid.
"Mereka yang menjadi kontributor dari kasus hunian rumah sakit dan kematian. BA.2 ini kecepatannya lebih cepat dari Delta. Dan orang yang belum mendapatkan vaksinasi baru satu dosis berisiko fatal saat terinfeksi," pungkasnya.
Diketahui disamping protokol kesehatan (prokes), penyuntikan vaksin Covid-19 sampai saat ini masih menjadi salah satu yang efektif dalam mencegah keparahan dan penyebaran penyakit tersebut.
Dijelaskan pada laman nhs.uk (30/3/2021), bahwa orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Itu artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan tubuh kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga dampak infeksi virus tersebut bisa diminimalisir.
Jadi ayo, bagi semua pihak yang belum divaksin dan belum lengkap vaksinasi Covid-19 yang didapatkan segera vaksin.
Jangan lupa dapatkan vaksin booster pertama yang sudah menjadi program pemerintah.
Untuk lansia, vaksin booster Covid-19 dipercepat, tidak perlu menunggu 6 bulan sejak vaksin primer kedua.
Terkahir, taati prokes.(*)
Baca Juga: Healthy Move, Cara Memilih Sepatu Lari Terbaik Agar Kaki Nyaman
Source | : | NHS,Tribunnews.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar