GridHEALTH.id - Katarak bukan sebuah hal aneh dan asing bagi masyarakat.
Katarak diketahui banyak dialami oleh lansia.
Tapi tahukah jika katarak yang hingga saat ini menjadi penyebab utama kebutaan di seluruh dunia bisa dialami oleh orang di usia produktif.
Ketahuilah, secara global, dari 1,1 miliar orang dengan gangguan penglihatan, sekitar 100 juta orang menyandang katarak (17 juta di antaranya sampai alami kebutaan).
Sementara di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menyebut bahwa pada 2017 terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan (termasuk 1,6 juta kasus kebutaan).
Dari angka kebutaan tersebut, sekitar 1,3 juta atau 81,2 persen diakibatkan oleh katarak.
Dalam 3 tahun terakhir, JEC tangani 50,000 tindakan operasi katarak.
Penting digaris bawahi bagi semua pihak, dampak katarak tidak main-main.
Katarak menimbulkan dampak kesehatan sudah pasti.
Baca Juga: Hal Paling Penting dari Diizinkannya Tarawih di Masjid Bagi Warga DKI Jakarta
Selain itu, masalah gangguan penglihatan berpengaruh besar pada ekonomi.
Asal tahu saja, melansir pers rilis dari JEC (16/3/2022) yang diterima GridHEALTH.id, Analisis Lancet Global HealthCommissionon Global EyeHealth mendapati bahwa gangguan penglihatan menyebabkan kerugian produktivitas setara USD 410.7 miliar per tahun.
Jadi bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika banyak manusia usia produktif mengalami katarak.
Mereka di usia produktif yang rawan mengalami katarak adalah penyintas miopia.
“Individu dengan gangguan penglihatan, apalagi yang buta, lebih berisiko kehilangan kesempatan untuk bekerja dan menjalankan aktivitas ekonomi. Tak hanya itu, mereka juga bisa terkendala dalam membaca dan belajar, sampai risiko yang fatal karena kesulitan berkendara.
"Karenanya, kesehatan mata sangat relevan dan berpengaruh kuat dalam perwujudan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan PBB. Untuk mendukung itu, ketersediaan layanan kesehatan mata yang memadai dan mumpuni sangatlah krusial.
"Tak kalah penting, perkembangan keilmuan secara terus menerus guna meningkatkan kualitas penanganan terhadap gangguan penglihatan, khususnya di Indonesia,” papar DR. Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K), Spesialis Mata Subspesialis Bedah Katarak & Refraktif JEC Eye Hospitals &Clinics.
Dalam penanganan katarak, selama ini, metode fakoemulsifikasi menjadi tindakan operasi yang umum diterapkan pada penderita katarak.
Prosedur operasi ini dinilai lebih aman dan dianggap sebagai goldstandard karena hanya membutuhkan luka sayatan kecil dengan waktu penyembuhan yang lebih cepat.
Baca Juga: Ketua WHO Tegaskan Tingkat Keparahan Covid-19 Diprediski Akan Menurun, Tapi Ada Ancaman ....
Namun, metode fakoemulsifikasi ternyata memberikan tantangan pada pasien katarak yang menyandang miopia/rabun jauh tinggi; yaitu risiko ketidakstabilan area zonula mata.
Zonula merupakan jangkar transparan dan elastis yang menghubungkan ekuator lensa dengan badan silier dan retina bagian siliaris.
Karenanyalah DR. Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K) menggagas pendekatan baru untuk tindakan operasi katarak dengan menggunakan implantasi Capsular Bag Tension Ring (CTR).
Penelitian ini tertuang dalam disertasi "Peran Capsular Tension Ring Pada Populasi Miopia Tinggi yang Menjalani Fakoemulsifikasi Terhadap Optimalisasi Penglihatan dan Efisiensi Menjaga Kestabilan Area Zonula’. Penelitian berlangsung mulai Mei 2019 hingga Juni 2020 dengan melibatkan 51 subjek.
“Penelitian ini bertujuan memberikan solusi bagi penderita katarak dengan miopia tinggi agar memiliki opsi tindakan penanganan yang lebih presisi dan aman.
"Terlebih pasien dengan miopia tinggi memiliki prevalensi 62% menjadi katarak pada usia lebih dini, bahkan dalam rentang masa produktif.
Dengan penanaman CTR yang tepat, pasien dapat terbebas dari penyakit katarak dan penglihatannya kembali optimal. Dengan demikian pasien dapat kembali mandiri dan produktif,” papar DR. Dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM(K).
Jadi jangan khawatir penyintas katarak usia produktif, masalah penglihatan yang diderita bisa ditangani dengan baik.
Jadi wajib konsultasi ke dokter mata.(*)
Baca Juga: Tips dari Dokter Kandungan Supaya Ibu Hamil Tetap Bisa Puasa Ramadan
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar