GridHEALTH.id - China kembali dipusingkan karena kasus Covid-19 yang kembali meledak.
Bahkan saking tingginya, angka kasus Covid-19 harian di negara tersebut masih berada di atas 10 ribu.
Menurut laporan otoritas setempat, per Rabu (27/4/2022) Shanghai mencatat ada 13.562 kasus yang diiringi 48 angka kematian baru.
Angka ini sebenarnya merupakan penurunan dibandingkan sebelumnya yang sempat mencapai di atas 20 ribu.
Sementara itu ibu kota Beijing, kasus baru yang dilaporkan mencapai 46 infeksi.
Kota itu juga sedang berupaya untuk melakukan penguncian dan pengujian massal tepatnya di distrik Chaoyang, yang merupakan rumah dari 3,5 juta penduduk.
Hal ini pun memicu munculnya pertanyaan mengenai penyebab merebaknya kembali wabah Covid-19 di China.
Padahal, pada gelombang sebelumnya, China tidak pernah mencatat hingga belasan ribu kasus per harinya.
Selain itu, dalam data Worldometers juga, China telah menyuntikan vaksin dosis penuh kepada 88,3% warganya.
Baca Juga: Dapat Booster Pfizer atau AstraZeneca? Ini Kabar Baik Bagi Penerima Vaksin Sinovac
Vaksin yang digunakan mayoritas merupakan vaksin buatan lokal seperti Sinovac, Sinopharm, dan CanSino.
Lantas apa penyebab meledaknya kasus Covid-19 di China?
Mengutip media global, sebenarnya Covid-19 China menyebar massif karena varian corona Omicron.
Masuknya subvarian BA.2 (anak Omicron) juga membuat kasus makin melejit.
Negara ini juga melaporkan mendeteksi subvarian Omicron BA.1.1.
Terbaru, sebagaimana dimuat Global Times, China juga menemukan subvarian Omicron lain BA.2.3.
Bukan hanya itu, soal vaksin dan vaksinasi juga kemungkinan menjadi penyebab lain.
Merujuk Science.org, vaksin Covid yang sudah diberikan di China memang telah diperbarui untuk memerangi Omicron dan strain lainnya, tapi tetap berbeda dengan barat.
Vaksin Barat menggunakan vaksin jenis messenger RNA (mRNA).
Baca Juga: Presiden Jokowi Kapan Indonesia Bisa Lepas Masker? Ini Penjelasannya
Sementara rata-rata vaksin yang dibuat seperti Sinovac, Sinopharm, dan CanSino, merupakan vaksin virus yang tidak aktif.
Sebuah studi terbaru oleh kelompok HKU memberikan beberapa kepastian tentang kurang efektifnya vaksin yang digunakan di China, yang belum mengizinkan mRNA.
Tim menemukan bahwa dua suntikan mRNA memiliki efektivitas yang lebih tinggi daripada vaksin tidak aktif Sinovac-CoronaVac di antara orang dewasa berusia 60 dan lebih tua, meski tiga dosis vaksin menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap penyakit parah dan kematian.
Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional, Zeng Yixin, juga mengatakan pada konferensi pers Maret lalu bahwa di antara mereka yang berusia 80-an, baru 50% lebih yang mendapat dua suntikan dan hanya 19% yang menerima booster.
Airfinity -perusahaan analisis kesehatan berbasis di London- mengatakan hampir 19% orang China di atas usia 60 tahun tidak divaksinasi pada pertengahan Maret.
Dengan ini, dapat dikatakan tingkat vaksinasi pada orang tua di China rendah.
Menurut Airfinity, jika Omicron menyebar ke seluruh China, itu bisa menyebabkan 1 juta kematian dalam tiga bulan.
Merujuk negara lain seperti Australia, Selandia Baru, dan Singapura, negeri-negeri itu bisa keluar dari strategi "nol Covid" setelah angka vaksinasi manula sangat tinggi.
Yang belum divaksin masing-masing hanya 1,2%, 0,6%, dan 0,4% dari populasi di atas 60 tahun.
Sebelumnya WHO sendiri mengaku tengah memantau ketat China, terkait kenaikan kasus.
WHO melihat ada beberapa aspek yang dilihat mulai dari varian, vaksin, vaksinasi dan kondisi lapangan.
Melihat hal itu, penting untuk dipahami bahwa vaksin Covid-19 sendiri sampai saat ini masih menjadi salah satu yang efektif dalam mencegah keparahan dan penyebaran penyakit tersebut.
Menurut laman nhs.uk (30/3/2021), bahwa orang yang sudah divaksin sistem kekebalannya mampu mengenali dan tahu cara melawan suatu infeksi penyakit.
Itu artinya jika kita disuntik vaksin Covid-19, maka sistem kekebalan tubuh kita akan terlatih dalam melawan Covid-19 sehingga dampak infeksi virus tersebut bisa diminimalisir.(*)
Baca Juga: Kondisi di China Makin Parah, Warga Wajib Tes Covid Sebanyak Tiga Kali
Source | : | NHS,Cnbcindonesia.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar