Mengutip media global, sebenarnya Covid-19 China menyebar massif karena varian corona Omicron.
Masuknya subvarian BA.2 (anak Omicron) juga membuat kasus makin melejit.
Negara ini juga melaporkan mendeteksi subvarian Omicron BA.1.1.
Terbaru, sebagaimana dimuat Global Times, China juga menemukan subvarian Omicron lain BA.2.3.
Bukan hanya itu, soal vaksin dan vaksinasi juga kemungkinan menjadi penyebab lain.
Merujuk Science.org, vaksin Covid yang sudah diberikan di China memang telah diperbarui untuk memerangi Omicron dan strain lainnya, tapi tetap berbeda dengan barat.
Vaksin Barat menggunakan vaksin jenis messenger RNA (mRNA).
Baca Juga: Presiden Jokowi Kapan Indonesia Bisa Lepas Masker? Ini Penjelasannya
Sementara rata-rata vaksin yang dibuat seperti Sinovac, Sinopharm, dan CanSino, merupakan vaksin virus yang tidak aktif.
Sebuah studi terbaru oleh kelompok HKU memberikan beberapa kepastian tentang kurang efektifnya vaksin yang digunakan di China, yang belum mengizinkan mRNA.
Tim menemukan bahwa dua suntikan mRNA memiliki efektivitas yang lebih tinggi daripada vaksin tidak aktif Sinovac-CoronaVac di antara orang dewasa berusia 60 dan lebih tua, meski tiga dosis vaksin menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap penyakit parah dan kematian.
Wakil Direktur Komisi Kesehatan Nasional, Zeng Yixin, juga mengatakan pada konferensi pers Maret lalu bahwa di antara mereka yang berusia 80-an, baru 50% lebih yang mendapat dua suntikan dan hanya 19% yang menerima booster.
Source | : | NHS,Cnbcindonesia.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar