GridHEALTH.id – Negara Irak menghadapi masalah kesehatan baru, yang menyebabkan beberapa warga negaranya meninggal dunia.
Diketahui jumlah pasien demam berdarah di Irak mendadak mengalami peningkatan. Berdasarkan laporan dari AFP, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencacat ada 19 kematian dari 111 kasus Crimean-Congo Haemorrhagic Fever (CCHF).
Para ahli kesehatan telah menandai CCHF dan mengatakan bahwa timbulnya virus mematikan tersebut bisa cepat, tapi menyebabkan kematian sebanyak dua perlima dari total infeksi.
Menurut pejabat kesehatan setempat, provinsi Dhi Qar yang berada di wilayah Irak Selatan, menjadi daerah yang paling banyak menyumbang kasus demam berdarah.
“Jumlah kasus yang tercatat belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Haidar Hantouche, pejabat kesehatan Irak.
Dia melanjutkan, “Pada tahun-tahun sebelumnya, kasus (demam berdarah) bisa dihitung dnegan jari satu tangan.”
Melansir laman WHO, Crimean-Congo haemorrhagic fever adalah penyakit demam berdarah dari virus yang ditularkan oleh kutu.
Penyakit ini juga bisa menular melalui kontak dengan jaringan hewan viremia, selama dan setelah penyembelihan hewan.
Mewabahnya CCHF dapat menjadi ancaman bagi layanan kesehatan dan mempunyai risiko kematian yang tinggi, mencapai 10-40%. Penyakit ini bisa ditemukan di seluruh Afrika, Balkan, Timur Tengah, dan Asia.
Baca Juga: Hilangnya Nafsu Makan dan Demam Pada Lansia Bisa Berarti DBD
Crimean-Congo Haemorrhagic Fever pertama kali ditemukan di Krimea tahun 1944 dan diberi nama demam berdarah Krimea.
Tahun 1969, patogen penyebab penyakit ini diketahui sama dengan yang menimbulkan masalah kesehatan di Kongo pada 1956. Sehingga akhirnya diberi nama CCHFG seperti saat ini.
Dilansir dari CDC, gejala demam berdarah Krimea-Kongo adalah seperti berikut ini.
1. Sakit kepala
2. Demam atau suhu badan tinggi
3. Nyeri punggung dan sendi
4. Sakit perut
5. Muntah-muntah
Selain kelima gejala tersebut, orang yang terinfeksi sering kali mengalami mata dan wajah memeraha, adanya bintik-bintik merah (petechiae) di langit-langit mulut.
Baca Juga: Kecil Ukurannya, Ternyata Nyamuk Binatang Paling Mematikan di Dunia
Bisa juga mengalami penyakit kuning atau jaundice dan jika kondisinya parah, bisa menyebabkan peruabhan suasana hati dan presepsi sensorik.
Lama-kelamaan, pasien demam berdarah akan menyadari memar yang semakin luas, mimisan parah, dan pendarahan tidak terkontrol di tempat suntikan.
Kondisi seperti ini, bisa terjadi pada hari keempat sakit dan berlangsung kurang lebih selama dua minggu.
Hingga saat ini, belum ada vaksin yang bisa diberikan untuk mencegah penyakit demam berdarah.
“Satu-satunya cara untuk mengurangi infeksi pada manusia adalah dengan meningkatkan kesadaran akan faktor risiko dan mendidik masyarakat tentang langkah-langkah yang dapat mereka ambil untuk mengurangi paparan virus,” kata WHO.
Untuk mengobati penyakit ini, yang dilakukan adalah memberikan perawatan suportif untuk menurunkan gejala CCHF yang dialami pasien.
Baca Juga: Waspadai Demam Berdarah Crimean-Congo, Begini Cara Penularannya
Source | : | CDC,AFP,who.int |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar