GridHEALTH.id - Saat ini masyarakat di Indonesia sedang dihadaopkan dengan dua kasus kesehatan yang urgent.
Urgent karena kasus kejadiannya yang banyak juga cepat penularannya.
Selain kasus Covid-19 akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang kini melonjak, kasus DBD alias demam berdarah pun saat ini ikut meningkat.
Memang masalah kesehatan DBD saat ini bukan masalah baru, ini masalah klise yang kejadiannya ada setiap tahun.
Sedihnya penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan dan ancaman serius di sejumlah wilayah di Indonesia.
Penyakit DBD pun tidak hanya berdampak terhadap sektor kesehatan, namun juga sektor sosial dan ekonomi masyarakat.
Kasus DBD meningkat di Indonesia setiap datangnya musim hujan atau perubahan cuaca.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, kini di 2022 jumlah kumulatif kasus Dengue di Indonesia sampai dengan Minggu ke-22 dilaporkan 45.387 kasus.
Sementara jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus.
Baca Juga: Healthy Move, Begini Cara Mencegah Heat Stroke Selama Berolahraga
Melihat data tersebut, saat ini seolah kasus DBD sedang bersaing peningkatannya dengan kasus Covid-19 akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
“Kasus dengue sudah dilaporkan di 449 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi dengan kematian tersebar di 162 kabupaten/kota di 31 provinsi,” kata dr. Tiffany Tiara Pakasi, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dalam Temu Media Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN pada Selasa (15/6), dalam rilis yang dilansir dari SehatNegriku (15/06/2022).
Menurut dr. Tiffany, temuan Insidence rate DBD (jumlah kasus DBD per 100.000) tertinggi terjadi di 10 provinsi diantaranya Bali, Kalimantan Utara, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat dan DI Yogyakarta.
“Provinsi yang terbanyak melaporkan yaitu provinsi Lampung, Jawa Barat, dan DI.Yogyakarta,” lanjutnya.
Penanganan DBD
Dalam mengatasi penyebaran DBD, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian DBD terutama di daerah-daerah endemik.
Mengingat DBD cenderung meningkat saat musim hujan, Kementerian Kesehatan mendorong agar masyarakat aktif melakukan upaya promotif preventif melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
Gerakan ini melibatkan peran aktif masyarakat khususnya anggota keluarga untuk melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di lingkungan rumah, tempat – tempat umum dan tempat – tempat institusi untuk mencapai Angka Bebas Jentik ≥ 95 %.
Gerakan G1R1J dilaksanakan serentak di 154 kabupaten/kota dengan melibatkan 6.122 koordinator Jumantik, 4.498 supervisor, dan 1.047 Kader Jumantik Pelabuhan (KJP).
Baca Juga: Lemak di Paha Lebih Sering Dialami Wanita, Kikis dengan 4 Cara Ini
“Terima kasih atas partisipasi teman-teman di daerah yang telah mendukung Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J),” ungkapnya.
Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN
Peringatan Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN jatuh setiap tanggal 15 Juni.
Penetapannya dilakukan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi pada 30 Oktober 2010.
Peringatan ADD bertujuan untuk memperkuat kerja sama negara-negara ASEAN dalam mencegah dan mengendalikan demam berdarah.
Mengingat masih ada beberapa negara yang endemik penyakit tahunan ini.
Tahun ini tema global ADD mengangkat tentang “ASEAN’s Resilience Against Dengue Amid Covid-19 Pandemic” atau “Ketahanan ASEAN terhadap DBD di Tengah Pandemi COVID-19”.
Pandemi yang telah terjadi selama dua tahun ini, telah berdampak terhadap upaya penanggulangan berbagai penyakit termasuk DBD.
Untuk itu, pada peringatan ADD tahun ini ASEAN ingin mengajak negara-negara anggota untuk tetap tangguh dalam menghadapi DBD saat pandemi COVID-19.
Sementara tema nasional ADD adalah “Wujudkan Indonesia Bebas Dengue” dengan sub tema “Basmi Dengue dengan PSN 3M-Plus” yang mana fokus dari tema ini adalah pembasmian nyamuk langsung kepada vektornya agar jentik-jentik dan sarang nyamuknya terbasmi sampai tuntas.(*)
Baca Juga: Layanan Diet Lewat Aplikasi Bantu Pengguna Mengontrol Berat Badan
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar