GridHEALTH.id - Dalam skala global, tuberkulosis (TBC) dan malaria (Demam Berdarah Dengue/DBD) tetap menjadi momok yang menyebabkan penderitaan luar biasa meski dinyatakan sebagai endemi (virusnya akan selalu ada).
Sebabnya, perubahan iklim dan pemanasan global dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan meningkatnya insidensi penyakit tropis.
Peningkatan suhu udara dunia berperan dalam penyebaran penyakit tropis dan vektor penyakit. Beberapa penyakit tropis yang dimaksud, antara lain, diare yang disebabkan rotavirus, kaki gajah (filaria), lepra, DBD, malaria, flu, TBC, hepatitis, dan penyakit jamur.
“Penyakit-penyakit ini dijumpai terutama di negara-negara miskin dan terpinggirkan,” kata pakar mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dr. Abu Tholib, M.Sc., Ph.D., Sp.MK(K), di sela -sela kegiatan Simposium Internasional Ilmu Kedokteran Molekuler Penyakit Tropis, Rabu (17/3/2021), di FK UGM, seperti dikutip dari situs ugm.ac.id.
Dikatakan Tholib, TBC merupakan penyakit tropis yang masih tinggi angka kejadiannya di dalam negeri, bahkan merupakan tertinggi ketiga di dunia.
Yang menjadi permasalahan para pakar, beberapa penyakit TBC resisten terhadap obat yang biasa digunakan selama ini.
Baca Juga: Dosis Obat, Hanya 13% Dari Resep Antibiotik Rawat Jalan yang Tepat, Studi
“TBC yang resisten ini muncul sudah cukup lama dan obatnya masih sangat terbatas karena harganya cukup mahal,” katanya.
Source | : | ugm.ac.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar