GridHEALTH.id - Dermatitis seboroik dan ketombe adalah kondisi kulit umum yang mempengaruhi area seboroik tubuh. Area seboroik bertanggung jawab untuk memproduksi minyak pada kulit, juga dikenal sebagai sebum.
Baik dermatitis seboroik maupun ketombe berada pada spektrum kondisi yang sama, dengan ketombe merupakan bentuk ringan dari dermatitis seboroik. Gabungan, kedua kondisi tersebut mempengaruhi sekitar setengah orang dewasa di dunia.
Meskipun dermatitis seboroik dan ketombe sama-sama menyebabkan kulit kepala kering dan gatal, keduanya memiliki gejala lain yang memungkinkan kita membedakannya.
Ketombe selalu hanya ditemukan di kulit kepala, sedangkan dermatitis seboroik dapat menyebar ke area seboroik lainnya seperti wajah, telinga, dan dada bagian atas. Untungnya, kedua kondisi tersebut dapat diobati baik di rumah atau oleh dokter kulit.
Ketombe menyebabkan serpihan kulit kering berwarna putih atau kuning di kulit kepala.
Dermatitis seboroik juga menyebabkan kulit terkelupas. Selain itu, kondisi ini dapat menyebabkan kulit bersisik, gatal, kemerahan, bengkak, dan radang.
Ketombe selalu hanya ditemukan di kulit kepala, sedangkan dermatitis seboroik dapat menyebar ke area seboroik lainnya seperti wajah, telinga, dan dada bagian atas.
Dermatitis seboroik cenderung terjadi selama fase kehidupan tertentu dan puncaknya selama masa bayi dan remaja. Cradle cap, kondisi kulit yang umum pada kulit kepala bayi, disebabkan oleh dermatitis seboroik.
Dermatitis seboroik mempengaruhi sekitar 42% bayi, dan juga dapat ditemukan pada wajah dan area popok bayi.
Baca Juga: Sama-sama Bikin Gatal di Rambut, Ini Cara Membedakan Ketombe dan Kutu
Baca Juga: Jangan Takut, Makan Daging Kambing Tidak Menyebabkan Darah Tinggi
Pada remaja, dermatitis seboroik sering menyerang kulit kepala, wajah, dada bagian atas, ketiak, dan lipatan inguinal, atau lipatan di selangkangan. Ini lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Ketombe juga lebih umum dan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Ketombe biasanya dimulai saat pubertas, mencapai puncaknya sekitar usia 20 tahun, dan lebih jarang terjadi setelah usia 50 tahun.
Source | : | Very Well Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar