GridHEALTH.id - Covid-19 subvarian Omicron BA.5, menjadi penyebab kenaikan kasus di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Subvarian BA.5 pertama kali terdeteksi di Indonesia, pada 6 Juni 2022 yang lalu.
Batuk dan demam, menjadi salah satu gejala yang sangat erat kaitannya dengan infeksi Covid-19.
Namun, varian yang sedang mendominasi kasus Covid-19 ini, memiliki gejala khas yang biasa terjadi pada malam hari.
Ahli imunolog Profesor Luke O'Neill dari Trinity College Dublin mengatakan bahwa gejala subvarian BA.5 yang beda dari yang lainnya adalah keringat pada malam hari.
"Satu gejala khas subvarian BA.5 yang saya lihat pagi ini adalah keringat malam hari, aneh bukan?" Ujarnya dikutip dari Daily Record, Rabu (13/7/2022).
Keringat malam hari yang terjadi pada malam hari akibat subvarian Omicron BA.5, sangat banyak hingga membuat tempat tidur atau pakain basah.
Ia mengatakan bahwa gejala khas ini, berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada karakteristik virus tersebut.
"Ada beberapa kekebalan terhadapnya, jelas dengan sel-T dan sebagainya, dan campuran sistem kekebalan Anda dan virus yang sedikit berbeda mungkin menimbulkan penyakit yang sedikit berbeda, anehnya keringat malam menjadi ciri khasnya," jelasnya.
Baca Juga: Kasus MIS-C Akibat Covid-19 Pada Anak Meningkat, Ini Gejala dan Pencegahannya
Meskipun memiliki gejala khas, subvarian Omicron BA.5 juga menimbulkan gejala Covid-19 yang sudah diketahui sejak awal pandemi 2020 lalu.
Misalnya saja batuk, kelelahan, hidung tersumbat atau meler, sulit bernapas, dan kehilangan kemampuan mencium atau merasakan.
Source | : | Daily Record,Express UK |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar