GridHEALTH.id - Selain kasus Ferdy Sambo yang palig banyak menyedot perhatian publik di Indonesia, prihal virus langya pun menjadi sorotan.
Memang kasusnya secara resmi pemerintah belum mempublikasikan. Jadi bisa dibilang kasus virus langya di Indonesia 0, sama sepertihalnya cacar monyet.
Walau demikian masyarajt tetap perhatian p[ada berita virus langya ini.
Hal itu sangat wajar, sebab masyarakat Indonesia ingin segera menyudahi pandemi, dan tidak ingin ada lagi pandem baru setelah ini.
Tapi tahukah kehati-hatian masyarakat seperti itu harus dibinda dan dilestarikan.
Bukannya apa-apa, Indonesia termasuk negara dalam kawasan Indo-China.
Baca Juga: Setelah AS, Kini Kanada Izinkan Vaksin Moderna Untuk Usia 5 Tahun Kebawah
Nah, karenanya Indonesia merupakan negara yang ada di zona rawan terjadinya berbagai penyakit yang berasal dari hewan.
Oleh karenanya, diperlukan strategi hingga ke daerah untuk melakukan surveilans ataupun kajian lebih mendalam terkait zoonosis agar tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), wabah ataupun pandemi lainnya.
"Indonesia sendiri memiliki yang mirip seperti China baik kondisi lingkungan ataupun dilihat dari perilaku masyarakat, kebijakan dan sistem kesehatannya karena masih berhubungan erat dengan sejumlah jenis hewan, sehingga negara berada pada posisi yang dapat dikatakan rawan," jelas Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman, dilansir dari Antara.com (13/08/2022).
Baca Juga: Menkes Budi; Virus Langya Masih Terlalu Dini Untuk Indonesia, Masih di Timur China
Karenanya, di Indonesia membutuhkan tidak hanya surveilans, tapi juga adanya kajian terkait berbagai penyakit yang berasal dari hewan dapat lebih diperdalam, serta memaksimalkan perubahan perilaku melalui penerapan hidup sehat di dalam masyarakat.
Sebab, meski sistem kesehatan di Indonesia mulai berkembang dengan baik, namun kebanyakan dari program yang dijalankan sangat berfokus pada manusia saja.
Padahal, guna mewujudkan harmonisasi dalam kesehatan, pemerintah juga harus fokus pada kesehatan hewan dan lingkungan sekitar.
“Artinya kita harus benar-benar memperbaiki dan mengkaji ulang sistem deteksi kita. Bukan hanya pada manusia, tapi juga pada hewan di alam liar,” kata Dicky.
prihal virus langya yang banyak diberitakan belum solid, Dicky menegaskan pada semua pihak mengenai hal ini.
Menurutna karena belum solid ini, semua pihak untuk tetap waspada karena data terkait virus Langya (LayV).
Baca Juga: Posisi Seks Aman Saat Hamil Muda, Tidak Takut Keguguran, Terpuaskan
Baca Juga: Posisi Seks Aman Saat Hamil Muda, Tidak Takut Keguguran, Terpuaskan
“Kehadiran atau timbulnya penyakit yang berasal dari hewan atau zoonosis ini, merupakan ancaman terhadap kesehatan global dan nasional,” jelas Dicky.
Selai itu, dua per tiga atau 75 persen penyakit yang menginfeksi manusia disebabkan atau berasal dari hewan dan jelas merugikan manusia karena bisa menular dari hewan ke manusia menjadi manusia ke manusia.
Pertama Kali Virus Langya Ditemukan
Baca Juga: Mengenal 4 Tahapan yang Dirasakan Wanita Saat Sedang Bergairah
Virus Langya pertama kali ditemukan di China, tepatnya di Kota Langya, Provinsi Shandong.
Total dari kasus yang ditemukan di seluruh wilayah negara itu mencapai 35 kasus.
Virus Langya sendiri masih ke dalam keluarga virus henipavirus dan diduga penularannya berasal dari tikus sebagai hewan pengerat.
Walaupun demikian, hanya sembilan dari 35 kasus yang berhasil ditracing, sedangkan sisanya belum sempat di tracing ataupun menunjukkan potensi terjadinya penularan.
“Hanya sembilan kasus yang berhasil ditracing dan itu ditemukan kurang lebih 15-an yang keluarganya positif, maksudnya ditracing terbukti ada penularan dari keluarga dekatnya. Tapi sisanya belum sempat ditracing atau dipastikan apakah ada potensi penularan atau tidak, jadi datanya belum solid,” ujar Dicky.
Langysa sendiri (LayV) termasuk henipavirus dalam keluarga virus Paramyxoviridae.
Baca Juga: Kisah Nyata Jemaah Haji yang Tertolong dengan Terapi Kurma, Bu Swasmi Kini Telah Pulih
Baca Juga: Berbeda Dengan Pria, Ini Cara Wanita Ereksi Saat Berhubungan Seks
Dari penelitian yang dilakukan, kemungkinan asal virus Langya ditularkan dari hewan pengerat tikus.
Para ilmuwan menguji kambing, anjing, babi dan sapi di daerah asal pasien yang terinfeksi untuk antibodi terhadap virus Langya.
Selain itu, peneliti mengambil sampel jaringan dan urin dari 25 spesies hewan kecil liar untuk mencari keberadaan RNA virus Langya yang ditemukan di China.
Baca Juga: HUT Kemerdekaan RI Sebentar Lagi, Kenali Manfaat Lomba Agustusan Bagi Kesehatan Anak
Ditemukan antibodi virus Langya pada beberapa kambing dan anjing, serta terindentifikasi RNA virus LayV pada 27 persen dari 262 sampel tikus.
“Ini menunjukkan tikus menjadi reservoir untuk virus, menularkan di populasinya dan entah bagaimana menginfeksi orang,” kata Ahli epidemiologi penyakit menular di Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland Emily Gurley seperti dikutip dari laman Nature (12/8/2022).
Meski begitu, belum diketahui secara jelas bagaimana infeksi pertama terjadi, langsung dari tikus atau hewan perantara.
Untuk itu, masih diperlukan banyak penelitian untuk mengetahui cara penyebaran virus dan orang terinfeksi.(*)
Baca Juga: 5 Jus Bisa Digunakan Sebagai Pereda Nyeri Akibat Rheumatoid Arthritis
Source | : | Kompas.com,Antara,Nature |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar