Mengapa kulit babi?
Karena sebagian besar kornea mata terbuat dari protein kolagen, maka peneliti menggunakan molekul kolagen yang sangat murni dari kulit babi sebagai alternatif.
Kulit babi yang dipilih untuk memanfaatkan kolagennya, karena bahannya yang mudah untuk didapatkan. Daya tahannya pun juga lebih lama, yakni dua tahun, dibandingkan kornea mata manusia yang hanya bisa tahan selama dua minggu.
“Kami telah melakukan upaya yang signifikan untuk memastikan bahwa penemuan kami akan tersedia secara luas dan terjangkau oleh semua, bukan hanya orang kaya,” kata Dr. Mehrdad Rafat, asisten profesor di universitas, dikutip dari Medical News Today, Selasa (16/o8/2022).
Menurut Dr. Benjamin Bert, dokter mata di MemorialCare Orange Coast Medical Center di California, masih banyak sejumlah negara yang tidak mempunyai serikat bank mata dan donor.
“Secara internasional khususnya ada kelangkaan jaringan donor kornea manusia yang akan digunakan untuk jenis operasi ini, ini adalah masalah besar,” kata Benjamin Bert.
Berdasarkan penelitian yang terbit di jurnal Nature Biotechnology, metode implan yang dilakukan untuk mengatasi kerusakan pada kornea, disebut lebih efektif dibanding tranplantasi.
Pada pasien yang melakukan transpalntasi, mereka harus melakukan beberapa tindakan pembedahan dan penglihatannya juga tidak langsung optimal. Butuh dilakukan prosedur refraksi korektif lebih lanjut.
Sedangkan dengan melakukan implan, kornea yang rusak tidak dibuang dan hanya dibuat sayatan kecil untuk memasukkan implant bioteknologi.
“Implan tidak memiliki sel, sehingga tidak memicu repons imun, dan hanya diperlukan tetes mata supresi imun selama 8 minggu. Tidak perlu jahitan, jadi prosedurnya bisa dilakukan dalam satu kali kunjungan ke rumah sakit,” pungkas para peneliti.
Sebanyak 20 orang partisipan yang bergabung dalam penelitian ini, mendapatkan kembali penglihatannya setelah menerima implant kornea dari kulit babi. (*)
Baca Juga: Bikin Langsing sampai Mata Jadi Sehat, 5 Manfaat Buah Kedondong
Source | : | Medical News Today,New Atlas |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar