GridHEALTH.id - Bapil atau batuk pilek sudah ada sejak lama dan menjadi penyakit paling umum yang datang musiman.
Semua orang, dari anak hingga orang dewasa dapat terkena penyakit bapil ini, akan tetapi, dari mana sebenarnya bapil ini berasal, karena ulah virus atau bakteri?
Serta bagaimana cara penyakit ini menyerang tubuh hingga dampakynya untuk tubuh, inilah ulasan mengenai bapil.
Jika melihat lebih jauh mengenai asal usul bapil, dari sini dapat diketahui bahwa bapil adalah penyakit yang berasal dari virus bukan bakteri.
Ada 200 lebih jenis virus yang dapat menyebabkan batuk pilek, namun virus paling umum dan paling sering menyerang manusia adalah rhinovirus.
Rhinovirus paling umum menyebabkan batuk pilek, namun virus ini juga bisa menyebabkan jenis penyakit flu lainnya, yang memiliki sifat tidak terlalu berbahaya dan tidak membutuhkan pengobatan medis secara serius.
Sumber dari bapil yang berasal dari virus, menyebabkan penyebaran bapil menjadi lebih cepat, karena dapat melalui udara dan kontak dekat.
Hal inilah yang menyebabkan munculnya istilah musim batuk pilek, dimana dalam suatu massa banyak orang yang terkena bapil, tidak heran jika satu orang yang terkena bapil, dikemudian hari banyak diantaranya yang ikut terkena bapil.
Seperti di sekolah, satu anak terkena bapil maka teman yang lainnya berkemungkinan ikut terkena bapil, atau dalam suatu keluarga, saat sang anak bapil bisa saja menularkan kepada orangtuanya yang disebabkan dari penyebaran virus ini.
Virus juga dapat berdiam diri di dalam permukaan tubuh, salah satu yang paling banyak penyebaran paling umum adalah dari tangan yang telah dipenuhi oleh virus lalu masuk ke dalam area tubuh, karena tangan menyentuh area hidung, mulut, dan wajah.
Bapil dimulai saat virus masuk ke dalam tubuh dan membuat seseorang menjadi pilek, hasilnya hidung dipenuhi oleh lendir yang menyebabkan pilek dan hidung tersumbat.
Baca Juga: Ada 200 Virus yang Bisa Sebabkan Batuk Pilek, Paling Banyak Menginfeksi 2 Ini
Source | : | CDC,Healthy Children |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar