GridHEALTH.id - Nutrigenomik menjadi salah satu hal baru dalam dunia kesehatan, yang mulai mengembangkan solusi untuk berbagai kasus kesehatan yang dihadapi banyak orang.
Pemeriksaan nutrigenomik merupakan pemeriksaan khusus terhadap gen seseorang yang ada di dalam tubuh untuk menilai kecenderungan kekurangan nutrisi tertentu atau adanya risiko penyakit tertentu yang mungkin dialami.
Oleh karena itu, sejauh adanya nutrigenomik, pemeriksaan nutrigenomik ini sudah diterapkan dalam berbagai kasus, salah satunya adalah diabetes.
Hal ini dikarenakan pemeriksaan nutrigenomik sudah diterapkan untuk masalah yang terkait dengan metabolisme tubuh.
Sedangkan dalam penyakit diabetes, khususnya diabetes militus tipe dua, termasuk kedalam kelainan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah akibat resistensi insulin.
Resistensi insulin ini merupakan kondisi dimana hati, otot, dan lemak tidak meresponnya dengan baik.
Selain dalam kasus diabetes melitus tipe dua, pemeriksaan nutrigenomik sudah diterapkan juga dalam kasus lainnya, seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, autoimun, obesitas, mencegah kegemukan dan kekurangan nutrisi.
Penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa pemeriksaan nutrigenomik memang bermanfaat untuk mencegah penyakit terkait metabolik.
Akan tetapi, informasi lebih lanjut ditemukan bahwa pemeriksaan nutrigenomik juga bisa bermanfaat dalam merencanakan kehamilan untuk memberikan tata laksana yang terkait dengan nutrisi, misalnya risiko kekurangan vitamin D, folat, serta zat besi.
Berikut ini cara kerja dalam pemeriksaan nutrigenomik, seperti yang dijelaskan oleh dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK, dokter gizi klinis saat diwawancarai oleh tim GridHEALTH.id.
Menurut penjelasan dari dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK, disampaikan bahwa pemeriksaan nutrigenomik ini membutuhkan proses yang cukup rumit, karena sulitnya mengambil gen sebagai sampel dari tubuh seseorang untuk memeriksa kecenderungan yang ada.
Lokasi gen atau DNA terdapat di dalam inti sel, yang merupakan organel atau bagian yang ada di dalam sel tubuh dan berukuran mikrometer, sehingga prosesnya pun sangat rumit dan detail.
"Pemeriksaan diawali dengan pengambilan sampel darah, (tetapi) pada beberapa laboratorium (dapat) menggunakan sampel air liur atau saliva. Selanjutnya dari sampel darah ini akan dilakukan isolasi DNA yang membutuhkan proses cukup rumit," kata dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK dalam menjelaskan proses pemeriksaan nutrigenomik.
Setelah DNA diisolasi, maka sampel darah ini akan dilakukan teknik microarray scanning, yang akan mendeteksi adanya single nucleotide polymorphysm (SNP) atau variasi
genetik.
Mendeteksi SNP adalah hal yang penting untuk dilakukan dalam proses pemeriksaan nutrigenomik, karena dari SNP inilah yang menentukan keragaman dari sifat fisik seseorang, mulai dari warna bola mata, warna rambut, tinggi badan, dan lainnya.
"Selain menentukan sifat fisik, ternyata SNP ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan terhadap suatu penyakit tertentu atau tidak," lanjut dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK.
Hasil dari pembacaan SNP inilah yang akan diinterpretasikan oleh dokter spesialis gizi klinis untuk dapat menyusun meal plan.
Meal plan adalah rencana suplementasi yang dibutuhkan ataupun pemeriksaan lanjutan yang terkait dengan kondisi klinis seseorang yang melakukan pemeriksaan nutrigenomik.
Saat ditanya mengenai syarat khusus untuk seseorang yang bisa menerapkan pemeriksaan nutrigenomik ini, dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK menyebutkan tidak ada syarat khusus untuk melakukannya.
Pemeriksaan nutrigenomik bisa diterapkan dalam rentang usia berapa pun dan dalam kondisi apa pun.
"Tidak ada syarat khusus, dan bisa dilakukan pada orang dalam rentang usia berapapun," kata dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK.
Lebih lanjut, dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK mengatakan, "Serta tidak ada kondisi khusus yang menyebabkan tidak dapat dilakukan pemeriksaan (nutrigenomik) ini."
Bagi penderita diabetes yang ingin menerapkan pemeriksaan nutrigenomik ini, satu yang perlu diketahui adalah pemeriksaan nutrigenomik ini masih tergolong mahal.(*)
Source | : | Jurnal Cermin Dunia Kedokteran - Tinjauan Nutrigenomik,wawancara dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, SpGK |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar