GridHEALTH.id - Penyakit inilah yang ternyata menggerogoti tubuh Ruben Onsu hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Beberapa waktu silam, Ruben Onsu membawa kabar kurang menyenangkan.
Pasalnya, ia baru saja dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi yang memburuk.
Ruben Onsu mengatakan, kalau kebiasaan dirinya yang sering menunda makan menjadi salah satu alasan kesehatannya menurun.
"Gue kelelahan dan sering lupa makan," kata Ruben Onsu dikutip dari Tribunnews.com, Senin (6/6/2022).
Bahkan jika sedang tidak berselera, Ruben Onsu memilih untuk tidak makan sama sekali.
Dilansir dari Mayo Clinic, hemoglobin adalah protein di sel darah merah yang membawa oksigen ke organ dan jaringan tubuh.
Kadar normal hemoglobin seseorang tergantung pada jenis kelamin.
Pria normalnya 13,2 hingga 16,6 gram per desiliter dan wanita 11,6 sampai 15 gram per desiliter.
Melansir dari Kompas.tv, Ruben Onsu ini mengabarkan dirinya menderita penyakit Empety Sella Syndrome.
Akibat dari menderita penyakit langka itulah, Ruben Onsu harus menjalani pengobatan di Singapura.
Baca Juga: Alami Infeksi Sinus, Wanita Ini Hidup dengan Setengah Tengkorak Kepala
Darah Selalu Berkurang
"Kemarin itu aku sudah MRI. Jadi, ada bercak-bercak putih di bagian otak. Dan yang kedua juga ada Empty Sella Syndrome," kata Ruben Onsu, dilansir dari Wartakota, Selasa (26/7/2022).
Selain penyakit tersebut, pebisnis ayam 'geprek' itu juga memeriksakan kondisi darahnya yang selalu berkurang.
"Kenapa darah gue selalu berkurang meski gue enggak pernah mimisan, ambeien, tapi sampai harus transfusi darah," ucap Ruben.
Sebagian orang mungkin masih merasa asing dengan penyakit yang diderita Ruben Onsu ini.
Empty sella syndrome atau ESS merupakan kondisi yang cukup langka.
Seperti dilansir dari royalprogress.com, Empty sella syndrome adalah kondisi di mana kelenjar pituitary menyusut atau berubah bentuknya.
Hal itu terjadi karena ada suatu masalah pada struktur tengkorak yang melindungi otak dan kelenjar itu sendiri.
Sindrom empty sella ini sebenarnya tidak berbahaya dan bahkan dokter ahli kesehatan menyarankan untuk terapi hormon.
Namun, beberapa kasus memang mengharuskan pasiennya untuk mengambil tindakan operasi.
Dilansir dari labcito.co.id, Empty sella syndrome ini memiliki dua jenis yang dapat dibedakan dari kondisinya.
ESS Primer
Baca Juga: 11 Pengobatan Zaman Dahulu yang Mengerikan, Mustahil Diterapkan Saat Ini
ESS Primer terjadi ketika terdapat cacat anatomi kecil (cacat lahir) yang terletak tepat di atas kelenjar pituitari sehingga menyebabkan cairan cerebrospinal (CSF) mengisi pada sebagian atau seluruh sella turcica.
Seseorang dengan ESS Primer yang mungkin memiliki kadar hormon prolaktin tinggi, dapat mengganggu fungsi testis dan ovarium.
ESS Primer paling sering terjadi pada orang dewasa dan wanita.
Penyakit ini juga sering dikaitkan dengan obesitas dan tekanan darah tinggi.
ESS Sekunder
Sedangkan untuk ESS Sekunder terjadi dikarenakan oleh hasil kemunduran/mengecilnya kelenjar pituitari di dalam rongga setelah terjadi cedera, operasi, atau terapi yang menggunakan radiasi.
Seseorang dengan ESS Sekunder dapat memiliki gejala hilangnya fungsi hipofisis.
Seperti, berhentinya periode menstruasi, infertilitas, kelelahan, dan stress.
Pada anak-anak, ESS dapat menyebabkan kekurangan hormon pertumbuhan, tumor hipofisis, atau disfungsi kelenjar pituitari.
Gejala sindrom sella kosong dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain dan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Dalam kebanyakan kasus, terutama pada individu dengan sindrom sella kosong primer, tidak ada gejala terkait (asimptomatik).
Seringkali, sindrom sella kosong ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan CT atau MRI ketika individu sedang dievaluasi karena alasan lain.
Gejala paling umum yang berpotensi terkait dengan sindrom kosong sella adalah sakit kepala kronis.
Namun, tidak diketahui apakah sakit kepala berkembang karena sindrom sella kosong atau hanya temuan kebetulan.
Banyak individu dengan sindrom sella kosong memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), yang dengan sendirinya dapat menyebabkan sakit kepala jika parah.
Individu dengan sindrom sekunder kosong sella lebih mungkin untuk mengembangkan kelainan yang mempengaruhi penglihatan dan penurunan fungsi hipofisis.(*)
Baca Juga: 4 Manfaat Alpukat bagi Ibu Hamil, Salah Satunya Mencegah Mual
Source | : | Kompas.tv,Gridhealth,Labcito.co.id,Royalprogress.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar