GridHEALTH.id - Pada 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 2,3 juta kasus kanker payudara baru di seluruh dunia.
Angka kematian akibat kanker payudara juga tak main-main. Di Indonesia telah merenggut 22 ribu nyawa sedangkan di seluruh dunia, sekitar 685.000 jiwa.
Hal ini salah satunya terjadi karena kanker payudara terlembat terdeteksi dan ketika ketahuan, sudah memasuki stadium lanjut.
Padahal, sebagian besar kematian akibat kanker payudara bisa dicegah, asalkan terdeteksi sedini mungkin.
Salah satu caranya dengan mengenali benjolan yang muncul di payudara. Memang tidak semua benjolan adalah kanker, tapi tidak ada salahnya kita mengenali setiap benjolan yang muncul
JINAK
Meskipun setiap benjolan yang dibentuk oleh sel-sel tubuh dapat disebut secara teknis sebagai tumor. Tidak semua tumor bersifat ganas (kanker).
Sebagian besar benjolan payudara ,80% dari yang dibiopsi, adalah jinak (non-kanker). Berikut adalah contoh kondisi payudara jinak yang paling umum yang menghasilkan benjolan.
1. Perubahan fibrokistik: Ini bukan penyakit, melainkan kondisi jinak (bukan kanker) yang mempengaruhi 50 hingga 60% dari semua wanita.
Jaringan payudara berserat, kelenjar susu, dan saluran bereaksi berlebihan terhadap hormon normal yang diproduksi selama ovulasi, mengakibatkan perkembangan benjolan berserat dan/atau banyak, kista multipel kecil, (kantung berisi cairan, atau "kantung").
Perubahan fibrokistik adalah respons berlebihan jaringan payudara terhadap perubahan hormon ovarium.
Perubahan fibrokistik adalah kondisi payudara non-kanker yang paling umum. Paling sering terjadi pada wanita antara usia 20 dan 50. Dan biasanya tidak akan muncul setelah menopause kecuali wanita tersebut mengikuti terapi hormon.
Source | : | Cancer Research UK,Breast Cancer Foundation |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar