GridHEALTH.id - Belum hilang dari ingatan kita semua tragedi (1/10/2022), saat laga Arema FC vs Persebaya, yang berubah menjadi tempat bencana hingga ratusan nyawa melayang.
Kejadian itu terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang. Kini peristiwa tersebut dikenal dan dikenang sebagai Tragedi Kanuruhan.
Kabarnya, gas air mata ini menjadi salah satu pemicu adanya kepanikan dari para penonton.
Tak sedikit orang yang berusaha ingin melarikan diri saat gas air mata diluncurkan tersebut.
Memang gas air mata ini sering digunakan oleh aparat penegak hukum dalam mengendalikan kerusuhan atau membubarkan kerumunan.
Baca Juga: Inilah Penyebab ASI Tidak Kunjung Keluar, Para Ibu Harus Lebih Waspada Masalah ini
Tapi tahukah, gas air mata sejatinya aman bagi kesehatan manusia, tidak akan menyebabkan kematian, selain rasa pedih dimata.
Tapi gas air mata yang digunakan saat tragedi kanjuruhan membuat kita sebagai warga masyarakat Indonesia syok.
Bagaimana tidak, hasil pengujian laboratorium atas sampel gas air mata yang ditembakkan polisi di tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada 1 November silam, menurut hasil uji di dua laboratorium, terkandung 4 senyawa lain selain CS gas yang menjadi komponen utama gas air mata.
Untuk diketahui, komponen utama gas air mata adalah O-chlorobenzylidene malononitrile sebanyak 49,6 persen.
Namun menurut penelitian yang berhasil diungkap Kompas, berdasarkan dokumen hasil uji laboratorium salah satu universitas di Jatim, selain senyawa CS ada empat komponen ikutan hasil penguraian CS gas yang ditemukan yakni, 2-chlorobenzaldehyde (36,5 persen), 0-chloropropylbenzene (11,6 persen), benzene (1,2 persen), dan benzyl dichloride atau p-Chlorobenzyl chloride (1,1 persen).
Baca Juga: Inilah 8 Gejala Penyakit Lupus yang Ternyata Bisa Menyerang Anak
Menurut peneliti laboratorium berinisial AKS, empat komponen ikutan dari sampel gas air mata yang ditembakkan di Stadion Kanjuruhan memiliki sifat beracun, mudah terbakar, menimbulkan kerusakan organ tubuh, dan pada kondisi tertentu bisa memicu kematian.
“Semua senyawa bisa memicu kanker. Ketika kena paparan gas, maka akan menjadi senyawa berbahaya,” kata AKS, Rabu (2/11/2022) dikutip dari Kompas.id.
Malah AKS pun menyampaikan, CS gas terurai menjadi empat senyawa berbahaya merupakan dampak dari penyimpanan yang tidak layak, telah kedaluwarsa, serta akibat kelembapan udara.
Senyawa ikutan ini teridentifikasi setelah peneliti melarutkan serbuk gas air mata dan memasukkannya ke mesin Gas Chromatography Mass Spectrometer.
“Pada menit ke-29, kami mendapatkan spektra (seperti sidik jari) senyawa ini,” kata AKS.
Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 Capai 6.186, Kemenkes: 84 Persen Pasien Meninggal Belum Vaksin Booster
Haru sjuga diketahui, penembakan gas air mata pada malam hari merupakan faktor lain yang memperparah dampak gas air mata.
AKS menjelaskan pengaruh suhu udara pada malam hari membuat penguraian zat gas air mata lebih lambat dibanding di siang hari.
Hasil uji laboratorium salah satu kampus negeri di Jatim ini terkonfirmasi dengan pengujian sepuluh sampel gas air mata di laboratorium milik lembaga riset pemerintah.
Dari dokumen hasil uji laboratorium yang diperoleh Kompas, salah satu butir risalah penelitian menyebutkan, dari semua sampel yang diuji, terdapat senyawa lain yang diperkirakan hasil penguraian CS gas.
Namun tidak ada penjelasan nama senyawa lain tersebut. Risalah menyebut kemungkinan penambahan senyawa lain pada sepuluh sampel gas air mata.
Baca Juga: 10 Gejala Kolesterol Tinggi, Harus Segera Diobati Jangan Tunggu Parah!
Kompas juga menuliskan, bahwa sepuluh sampel gas air mata yang diuji di laboratorium milik lembaga riset pemerintah ini berasal dari Satuan Brimob Polda Jatim, Shabara Polres Malang, dan suporter Arema FC.
Sampel berupa amunisi gas air mata hijau polos, ungu polos, merah polos, amunisi flashball powder kaliber 4 mm (merah), amunisi flashball smoke kaliber 4 mm (kuning), amunisi biru polos, selongsong perangkat gas air mata, amunisi silver polos, amunisi silver GL-2303/ L, dan amunisi CS flashball.
Tapi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) menegaskan gas air mata tidak mematikan meskipun digunakan dalam skala tinggi.
Hal tersebut mengacu pada keterangan ahli kimia dan persenjataan sekaligus dosen di Universitas Indonesia dan Universitas Pertahanan, Mas Ayu Elita Hafizah serta Guru Besar Universitas Udayana sekaligus ahli bidang Oksiologi atau Racun Made Agus Gelgel Wirasuta.
“Beliau (Made Agus Gelgel) menyebutkan bahwa termasuk dari doktor Mas Ayu Elita bahwa gas air mata atau cs ini ya dalam skala tinggi pun tidak mematikan,” kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022.
Dedi mengatakan, dalam kejadian di Stadion Kanjuruhan, ada 3 jenis gas air mata yang digunakan, yakni pertama berupa asap putih atau smoke.
Kemudian, ada gas air mata yang bersifat sedang untuk mengurai klaster dari jumlah kecil, serta gas air mata dalam tabung merah untuk mengurai masa dalam jumlah yang cukup besar.
Masih ada misteri dalam tragedi Kanjuruhan.(*)
Baca Juga: Tetap Mengonsumsi Nasi, Okky Lukman Sukses Turunkan Berat Badan Hingga Lebih dari 10 Kg
Source | : | Grid.id-kanjuruhan |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar