GridHEALTH.id – Kanker ovarium menjadi salah satu penyakit katastropik yang banyak menyerang wanita di Indonesia, dan menyebabkan angka kematian tinggi.
Mirisnya banyak wanita Indonesia yang memilih tidak ingin tahu kondisi yang sebenarnya meski sudah bergejala ataupun tidak ingin melakukan pengobatan karena takut.
Kondisi ini sangat membahayakan tentunya, karena deteksi dini sangat membantu meningkatkan angka harapan hidup penderita kanker.
Juga dari segi finansial akan jauh lebih terjangkau dibandingkan bagi yang telat dideteksi dan tidak ditangani.
Melalui acara “Kampanye 10 Jari: I Wish I Knew: What Doctor, Patient, Survivors, and Caregivers Want You to Know” yang diadakan secara virtual pada Sabtu lalu (03/12/2022), CISC bersama AstraZeneca mengedukasi wanita Indonesia untuk mau mengenali 4 tanda khas kanker ovarium dan 6 faktor risikonya dalam Kampanye 10 Jari. Simak ulasannya berikut ini.
Inilah 6 faktor risiko yang umumnya memicu terjadinya kanker ovarium, yaitu:
1. Usia lanjut (Rata-rata di atas 60 tahun)
2. Angka paritas
3. Gaya hidup yang buruk (Contohnya tinggi kolesterol, obesitas, merokok)
4. Riwayat kista endometriosis
5. Riwayat keluarga (kanker ovarium, kanker payudara, atau kanker usus besar pada ibu atau saudara kandung)
6. Mutasi genetik (Sekitar 15% kanker ovarium karena faktor risiko ini, khususnya mutasi genetik BRCA 1 dan 2).
Kanker hingga saat ini belum dapat dinyatakan sembuh total dan hanya bisa disebut dengan episode sedang tidak kambuh, sehingga penting untuk mengelolanya dengan baik bagi para penderita dan penting untuk mencegah bagi yang bukan pasien.
Deteksi dini menjadi salah satu kunci tingginya angka harapan hidup seseorang yang didiagnosa memiliki kanker, sebagai salah satu penyakit katastropik (penyakit yang membutuhkan perawatan medis lama dan berbiaya tinggi).
Dengan deteksi dini, maka stadium yang dicapai diharapkan masih awal dan pengobatan kanker yang dijalankan akan lebih efektif, ditambah saat ini pengobatan kanker sudah sangat beragam dan maju.
Saat ini pun sudah ada terapi pemeliharaan yang berfungsi untuk menahan terjadinya kekambuhan.
Umumnya sebanyak 70% orang yang didiagnosis kanker ovarium akan mengalami kekambuhan pada tiga tahun pertama meski telah menerima terapi sesuai standar pelayanan, namun demikian data menyebutkan 90% penderita kanker ovarium yang terdeteksi dini memiliki kesempatan menjadi penyintas jauh lebih tinggi.
Untuk seorang wanita dapat mendeteksi dini kemungkinan terkena kanker ovarium, maka perlu memperhatikan 6 faktor risiko yang terjadi, serta 4 tanda khasnya berikut ini:
Disertai dengan perasaan penuh, tekanan pada perut, perut membengkak.
Disebabkan perut kembung dan perasaan cepat kenyang, kondisi ini perlu diperhatikan serius karena dapat menyebabkan asupan nutrisi berkurang, bagi pasien kanker ovarium juga dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan.
Kondisi ini disertai dengan rasa sakit atau tertekan pada kandung kemih dan keinginan buang air kecil terasa mendadak serta sulit ditahan.
Dapat disertai dengan nyeri punggung atau konstipasi.
Sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri jika mengalami kondisi-kondisi tersebut, karena akan jauh lebih baik jika bukan kanker ovarium dibandingkan telat mendeteksinya hingga stadium lanjut.
Penting diingat, menjalani pengobatan kanker memang tidak mudah dan melelahkan karena perjalanannya yang begitu panjang, oleh karena itu salah satu komunitas yang dapat menjadi wadah bagi para pasien dan penyintas adalah CISC (Cancer Information & Support Center).
Bagi pasien ataupun penyintas kanker ovarium dan kanker lainnya di Indonesia dapat bergabung dengan menghubungi WA (08176088785/0886933137), melalui email CISC (cancerclubcisc@gmail.com), Instagram dan Youtube cancerclub cisc, atau klik di sini. (*)
Source | : | Liputan acara “Kampanye 10 Jari: I Wish I Knew: What Doctor, |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar