GridHEALTH.id - Sakit tenggorokan adalah penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat. Penyakit ini di medis disebut faringitis, tenggorokan terasa tidak nyaman, perih, kering, dan gatal. Kondisi ini membuat kesulitan untuk makan, menelan, dan berbicara.
Karena umumnya disebabkan oleh infeksi virus, virus penyebab pilek dan flu, virus penyebab campak, cacar air, atau virus Corona, sakit tenggorokan bisa sembuh dengan sendirinya seiring baliknya imunitas pasien.
Tapi faringitis ini bisa disebabkan oleh infeksi bakteri yakni Streptococcus, kondisi ini dikenal dengan penyakit strep throat.
Namun, strep throat cenderung lebih banyak dialami oleh anak-anak berusia antara 5-15 tahun. Faringitis yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus ini hanya 5-10% yang dialami oleh orang dewasa.
Penyebab orang dewasa dan anak mengalami sakit tenggorokan ada banyak, yaitu;
Baca Juga: Usus Buntu Lebih Berisiko Bagi Anak, Para Orangtua Kenali Gejala Awalnya Ini
2. Asam lambung
3. Gonore (penyakit infeksi menular seksual (IMS)).
5. Abses amandel
6. Polusi udara.
Nah, saat mengalami sakit tenggorokan, baiknya menghindari makanan yang ada dalam daftar berikut ini, supaya cepat sembuh.
Makanan seperti keripik, kerupuk, dan sejenis lainnya mungkin terasa tajam saat ditelan dan menyebabkan lebih banyak rasa sakit serta iritasi.
Tepi bergerigi dari makanan ini bisa menusuk tenggorokan yang sudah sakit jadi makin terasa sakit.
Sedangkan, makanan yang lebih lembut cenderung lebih baik untuk sakit tenggorokan.
Baca Juga: Bukan Hanya Diare yang Dirasakan, Waspada Gejala Umum Chron's Disease
Dikenal masyarakat tinggi vitamin C, namun keasaman buah-buahan segar seperti jeruk, lemon, dan limau meningkatkan rasa gatal di tenggorokan saat mengonsumsinya.
Karenanya sebaiknya dihindari mengonsumsi buah jeruk. Tak terkecuali, jus, es loli, dan smoothie yang dibuat dengan buah jeruk juga dapat menyebabkan iritasi.
Sama seperti buah jeruk, makanan asam seperti saus tomat juga bisa mengiritasi tenggorokan.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar