"Kita masih berani memberikan terapi sistemik ini di ruangan yang khusus, jadi pasien tidak dicampur dengan yang non Covid-19," jelasnya.
Akan tetapi, umumnya memang pengobatan kanker dihentikan sementara waktu apabila terinfeksi virus corona.
Jeda pada pengobatan inilah yang dikhawatirkan dapat menimbulkan gejala yang lebih berat dibandingkan sebelumnya.
Terlebih, pengobatan tidak bisa kembali dijalankan jika hasil tesnya belum 100 persen menunjukkan negatif.
"Saya sudah punya pengalaman pasien saya ada yang sampai 30 hari Covid-19 tetap positif, mau enggak mau kemoterapi ditunda. Pada saat akhirnya negatif, kankernya sudah mulai tumbuh lebih agresif dibandingkan sebelumnya," tutur dokter Jeffry.
Ia mengatakan tidak banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker menjadi agresif saat pengobatan tidak dilakukan.
Tapi, yang paling penting untuk dilakukan saat dinyatakan positif Covid-19 adalah segera sembuh dari penyakit tersebut.
"Cepat-cepat bersihin Covidnya, kuncinya itu. Enggak ada yang bisa kita lakukan untuk memodifikasi kankernya," ujarnya.
Ia melanjutkan, "Tetapi yang bisa kita lakukan adalah bagaimana Covid ini bisa hilang."
Adapun cara yang bisa diterapkan yakni istirahat yang cukup, memenuhi kebutuhan nutrisi, makan buah dan sayur, serta mengonsumsi daging dalam jumlah yang cukup.
Selain itu, disarankan juga untuk rajin membersihkan hidung dengan carian pembersih. Apabila sudah dinyatakan negatif, maka pengobatan kanker bisa segera kembali dilakukan. (*)
Baca Juga: Aneka Gejala Kanker Usus Stadium Awal yang Harus Segera Terdeteksi untuk Kecepatan Penanganan
Source | : | Liputan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar