GridHEALTH.id - Situasi memang sudah lebih membaik dibandingkan sebelumnya, tapi bukan berarti pandemi Covid-19 sudah selesai.
Nyatanya kasus konfirmasi positif masih cukup banyak dan kelompok rentan, seperti pasien kanker, perlu mendapatkan perlindungan yang optimal.
Data Globocan menunjukkan pada 2020 ada sekitar 396.914 kasus kanker dan 234.511 kematian akibat penyakit tersebut.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, mengatakan pasien kanker secara umum mempunyai risiko yang lebih tinggi.
Tidak hanya untuk terinfeksi Covid-19, tapi juga mengalami kondisi yang parah akibat penyakit tersebut.
Dalam penanganan penyakit kanker, terdapat berbagai jenis pengobatan seperti kemoterapi, imunoterapi, terapi target, dan terapi anti hormonal.
"Saya analogikan punya tentara, pada saat tentaranya fully functional tentu bisa menjaga keamanan. Tetapi, pada saat tentaranya sedang drop, sedang kemoterapi akan terjadi masalah misalnya terjadi infeksi," jelasnya dalam acara AstraZeneca, Kamis (15/12/2022).
Lebih lanjut, dokter Jeffry mengatakan bahwa saat pasien kanker terkonfirmasi positif, maka pengobatan yang sedang dilakukan akan dihentikan lebih dulu.
"Saat pasien kanker terkena Covid-19, maka pengobatannya harus berhenti. Jadi walaupun let say, ada kelompok yang tidak mengalami gejala, mereka kena Covid-19 sedang menjalani kemoterapi, mau enggak mau kemoterapi harus berhenti," ujarnya.
Ia menjalaskan, hal tersebut sudah menjadi protokol yang wajib diikuti dan baru akan dilanjutkan ketika sudah dinyatakan negatif.
Meksipun dalam beberapa kasus, pengoabatn kanker masih bisa dijalankan. Misalnya pada pasien yang melakukan terapi target yang dinilai efeknya tidak lebih berat.
Baca Juga: Ini 6 Gejala Kanker Usus Besar yang Harus Diwaspadai Sejak Awal!
Source | : | Liputan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar