Produk yang berkontribusi mengurangi penggunaan air untuk membilas, juga perlu diperhatikan karena memastikan kesediaan air menjadi salah satu bagian dari gaya hidup berkelanjutan di tengah krisis air yang melanda.
Dengan demikian dapat membuat produk yang mengurangi penggunaan air atau mengembangkan produk dengan formula yang lebih kering.
Meminimalisir kerusakan lingkungan melalui proses produksi yang lebih berkelanjutan, salah satunya melalui upaya pengontrolan laboratorium sehingga tidak menghasilkan limbah yang mencemari lautan.
Garnier disebut-sebut melakukan gebrakan untuk mempertegas Green Science ini sebagai tren kecantikan masa depan.
“Sejalan dengan komitmen Green Beauty, Garnier telah melakukan transformasi bisnis dari hulu ke hilir untuk memastikan keberlanjutan dari setiap lini produksi. Salah satu pengembangan kami adalah dengan mengedepankan Green Science dalam inovasi produk, melalui Green Science.
Garnier ingin memberikan konsumen sebuah pilihan bijak dengan menjawab dua kebutuhan secara sekaligus, yaitu menghadirkan produk kecantikan yang ramah lingkungan dengan meminimalkan dampak bagi lingkungan tetapi juga memiliki bahan dan formula alami yang telah teruji secara klinis melalui penelitian sains dapat memberikan hasil yang maksimal ketika digunakan,” ucap Agung Panditanegara, Brand General Manager Garnier Indonesia dalam acara lanjutan dari acara internasional, “Greener Never Stops” beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Dinding Rumah Berjamur Bisa Sebabkan Penghuninya Keracunan, Jangan Didiamkan
Selain itu, Garnier disebut juga berupaya dalam mengatasi permasalahan plastik melalui kerja sama dengan eRecycle untuk mendaur ulang sampah plastik.
Hasilnya, pada tahun 2022, Garnier bersama konsumen telah berhasil mendaur ulang lebih dari 240 ton sampah anorganik dan tidak berakhir TPA. (*)
Baca Juga: Cara Cegah Penuaan Dini Dengan Rajin Konsumsi Vitamin-vitamin Ini
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar