Beban terbesar negara kalau kita bicara soal hak Ibu itu adalah kesehatan pada pekerja, karena tinggi banget masalah kesehatan dan akan menjadi masalah bangsa kalau hak kesehatan Ibu terutama Ibu pekerja itu tidak dipenuhi,” kata dr. Ray.
Baca Juga: Hari Ibu Nasional, Inilah Dua Alasan Mengapa Harus Dirayakan
Ibu pekerja memiliki risiko gangguan kesehatan yang jauh lebih berat dibanding pekerja pria, beberapa ancaman kesehatan yang memicu, antara lain:
Mengutip penelitian di Surabaya oleh dr. Ray, ada 40% pekerja wanita mengalami gangguan kesehatan reproduksi yang memicu adanya gangguan menstruasi, seperti amenorea.
Gangguan hormonal juga bisa memicu seorang Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif untuk memiliki gangguan menstruasi, amenorea. Hal ini dikarenakan hormon untuk menstruasi tidak dipakai, beralih fungsi untuk memproduksi ASI. Saat Ibu tidak mengeluarkan ASInya dengan menyusui, maka banyak dari Ibu yang tidak bisa menstruasi hingga setahun.
Stres post-partum adalah kondisi yang dialami Ibu setelah melahirkan akibat tidak adanya keseimbangan zat kimia di otak. Kondisi ini terjadi karena tidak ada keseimbangan hormon.
Kondisi ini, disadari atau tidak berawal dari Ibu yang tidak mencapai peran menyusui selama enam bulan atau lebih. Kemudian memicu terjadinya masalah dalam keluarga dan pekerjaan sang Ibu, yang apabila dilihat ke depan maka akan berdampak pada masa depan anak. Selain membuat Ibu pekerja rentan mengalami gangguan kesehatan di atas, pentingnya ASI eksklusif untuk anak juga tidak tercapai dengan baik.
Perlu diakui bahwa saat ini hanya perusahaan multinasional yang sudah mendukung pemberian cuti 6 bulan untuk Ibu pekerja. Sedangkan banyak perusahaan yang menolak untuk memberikan cuti 6 bulan karena menganggapnya sebagai bentuk pengeluaran yang sia-sia untuk perusahaan.
Menilik lebih jauh dari itu, data hasil penelitian HCC yang disampaikan dalam kesempatan yang sama, menyebutkan setidaknya ada hal baik yang bisa dinilai oleh perusahaan sebagai investasi dari cuti 6 bulan Ibu pekerja, yaitu:
Kualitas kesehatan Ibu yang baik ini mencakup di mana Ibu menjadi tidak sering sakit karena kualitas menstruasi yang membaik, stres setelah melahirkan lebih kecil, hingga kebugaran sang Ibu, karena dengan memberikan ASI eksklusif maka Ibu dapat menurunkan berat badan sebesar 800gram dalam sekali menyusui.
Saat sang Ibu berhasil memberikan ASI eksklusif kepada anak, maka kesehatan anak akan meningkat dengan adanya imunitas alami pemberian ASI untuk tubuh anak, anak pun tidak mudah sakit, maka klaim kesehatan yang digunakan pun dapat diminimalisir. Sejalan dengan itu, Ibu pekerja akan lebih mudah merawat anak yang sehat dan Ibu pun tidak mudah sakit, sehingga absen dari pekerjaan pun semakin kecil.
Sebaliknya, jika pemberian cuti 6 bulan ini tidak berjalan dengan baik, maka “Penelitian kami mengatakan hanya 19% buruh yang berhasil memberikan ASI eksklusif, itu berarti hanya dua dari sepuluh (Ibu pekerja). Kalau sudah gagal memberikan ASI eksklusif, gangguan kesehatan makin tinggi, anak makin gampang sakit karena tidak mendapatkan ASI eksklusif berarti imunitasnya ga jalan, (hasilnya) Ibu lebih gampang absen, nah itu.” Jelas dr. Ray mengenai pentingnya produktivitas dari Ibu pekerja yang sehat.
Hasil penelitian lanjutan dari HCC menunjukkan, Ibu akan empat hingga enam kali lebih besar untuk gagal mencapai target kerja dan lebih mudah untuk absen kalau tidak memberikan ASI eksklusif. (*)
Source | : | alodokter,Diskusi Kelompok Terbatas oleh HCC, dr. Ray Wagiu |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar