GridHEALTH.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers daring, Selasa (27/12/2022), menyampaikan peringatan akan adanya cuaca ekstrem pada hari ini 28 Desember 2022.
"Kami keluarkan rilis pada saat itu (tanggal 21 Desember) karena terdeteksi minimal ada empat fenomena di atmosfer," kata Dwikoria.
"Atau fenomena yang menunjukkan sinyal ke ekstrem yang terjadi bersamaan dan saling menguatkan," tambah dia.
Empat fenomena atmosfer yang diumumkan BMKG sebelumnya adalah aktivitas Monsun Asia, seruakan dingin Asia, pembentukan pusat tekanan rendah di wilayah perairan selatan Indonesia, termasuk Madden Julian Oscillation (MJO).
Dari keempat fenomena tersebut, lanjut Dwikorita, BMKG kembali mendeteksi penambahan fenomena atmosfer lainnya hingga Selasa (27/12/2022).
Baca Juga: Cara Mudah Menghilangkan Panu di Badan dengan Belimbing Wuluh
BMKG juga mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 95W yang berada di Samudera Pasifik sebelah utara Papua barat, tepatnya di 8,8 derajat LU - 130,9 BT dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1.008 milibar.
Menurut pencitraan satelit Himawari, terjadi aktivitas konvektif yang signifikan selama enam jam terakhir, terutama di sebelah utara sistem bibit siklon tersebut.
Pertumbuhan awan hujan masih ada indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia, yang dapat memicu terbentuknya pola pertemuan dan perlambatan angin di sekitar Indonesia bagian selatan.
Fenomena tersebut turut menyebabkan pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di wilayah Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara.
"Sesuai prediksi tanggal 21 Desember lalu, kecepatan angin yang tinggi sudah terjadi. Dapat mencapai lebih dari 40 knot, sudah terjadi dan dapat terus terjadi," tandas Dwikorita.
Sementara itu, ia juga membeberkan seruakan dingin Asia yang melanda Indonesia menyebabkan peningkatan potensi curah hujan di barat Indonesia apabila disertai fenomena arus lintas ekuatorial.
Dampak dari seruakan dingin Asia yang dibarengi arus lintas ekuator berisiko menimbulkan peningkatan curah hujan secara tidak langsung. Peningkatan kecepatan angin juga berpotensi terjadi di sekitar wilayah Indonesia di bagian selatan ekuator.
Hal lain yang patut diwaspadai adalah aktivitas MJO, yaitu pergerakan awan-awan hujan di Samudera Hindia yang melintasi ekuator Samudera Hindia dari arah timur Afrika menuju ke Samudera Pasifik menyeberangi kepulauan Indonesia.
Dwikorita menjelaskan, fenomena ini bergerak dari arah barat ke tengah dan timur sehingga berdampak pada bertambahnya awan-awan hujan. Selain itu, MJO disertai dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial sehingga pertumbuhan awan hujan di Indonesia juga masih berpotensi ekstrem hingga 2 Januari 2023.
Mengenai kondisi cuaca seperti itu, Peneliti Klimatologi dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, memberikan sejumlah langkah mitigasi yang bisa dilakukan.
Baca Juga: Merasakan Sakit Pinggang Bagian Samping, Tanda dari Batu Ginjal? Simak 7 Tanda Ini
Erma mengatakan bahwa satu hal yang paling penting dilakukan saat terjadi badai dahsyat dan hujan ekstrem adalah meminimalisir pergerakan masyarakat.
Artinya, akan lebih baik jika warga menahan diri untuk tidak keluar rumah.
“Jadi yang harus kita waspadai dari hujan ekstrem itu meminimalkan movement. Ketika ada kebijakan WFH (work from home), sesuai dengan SOP cuaca ekstrem,” kata Erma diacara Kompas Petang, Selasa (27/12/2022).
Tapi bagi warga yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS), Erma menyarankan agar meningkatkan kewaspadaan akan potensi banjir dari hujan dan badai yang terjadi.
Warga yang rumahnya dekat dengan DAS harus aktif mencari tahu informasi dan update mengenai badai, termasuk mengetahui ketinggian air.
Baca Juga: Kolesterol Tinggi Bisa Sebabkan Demensia, Penderitanya jadi Pikun
“Tapi kalau yang dekat dengan DAS, maka dia harus aktif mencari tahu, update info BMKG, koordinasi dengan RT/RW setempat untuk mengetahui DAS-nya sudah setinggi apa, karena rumahnya mungkin ada di bantaran,” jelasnya.
Sebagai upaya meminimalisir badai yang terjadi, BRIN dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan bekerja sama untuk melakukan modifikasi cuaca.(*)
Baca Juga: Kapan Sebaiknya Operasi Usus Buntu Dilakukan? Ini Jawabannya!
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar