“Kami merencanakan skrining besar-besaran yang transformasional dengan memanfaatkan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien, termasuk bi-directional testing bagi penderita diabetes agar mereka mendapatkan pengobatan TBC sedini mungkin,” ucapnya.
Berbicara mengenai kasus TBC di Indonesia, umumnya TBC memang menyerang kelompok usia produktif yakni 15 hingga 55 tahun karena mobilitas pada usia tersebut lebih tinggi.
Namun, kelompok usia lebih dari 55 tahun alias orang lanjut usia (lansia) juga ternyata lebih rentan terhadap infeksi TBC.
Hal ini seperti dijelaskan oleh Dr Low Su Ying, Konsultan Senior, Departemen Pengobatan Pernapasan dan Perawatan Kritis, Rumah Sakit Umum Singapura (SGH) yang dilansir dari laman healthxchange.sg.
Menurutnya, lansia lebih rentan terhadap penyakit TBC lantaran umumnya kondisi kekebalan tubuh mereka sudah menurun.
Kerentanan ini juga bisa bertambah karena lansia memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
“Pada kebanyakan orang, sistem kekebalan tubuh mereka yang sehat mampu melawan infeksi bakteri. Tetapi tidak demikian pada orang tua yang memiliki kekebalan yang lemah,” kata Dr Low.
“Kematian pada lansia biasanya bukan karena TB itu sendiri. Sebaliknya, mereka cenderung terjadi karena kondisi lain seperti penyakit jantung iskemik atau gagal ginjal,” lanjutnya.
TBC pada lansia akan jauh lebih berbahaya ketika mereka memiliki komorbid paru.
Apalagi kita tahu bahwa pada orang tua, sistem kekebalan mengalami pelemahan bertahap seiring bertambahnya usia, suatu kondisi yang dikenal sebagai immunosenescence.
Mereka juga cenderung tidak bugar dan sehat seperti orang yang lebih muda, terutama jika mereka tinggal sendiri.
Baca Juga: Cara Tes Mantoux dan Membaca Hasilnya, untuk Deteksi Infeksi TBC
Salah satu langkah untuk mencegah TBC adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan TB yaitu :
- Menggunakan masker saat berada ditempat ramai dan berinteraksi dengan penyintas TBC, serta mencuci tangan.
-Tutup mulut saat bersin, batuk, dan tertawa atau gunakan tisu untuk menutup mulut , tisu yang sudah digunakan dimasukan kedalam plastik dan di buang ke kotak sampah.
- Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
- Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
- Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang diidap tidak lagi menular.
- Khusus bagi penyintas TB menggunakan masker ketika berada disekitar orang terutama selama tiga minggu pertama pengobatan, upaya ini dapat membantu mengurangi resiko penularan.
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala TBC.
Diagnosis dan pengobatan dini pada penyakit ini, dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit TBC yang lebih lanjut.(*)
Source | : | Kemkes.go.id,Tbindonesia.or.id,mitrakeluarga.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar