Pil Angong diekstrak dari bezoar, kunyit, cula badak, coptis, cinnabar, irisan plum, musk, mutiara, gardenia, realgar, mantel daun emas, dan scutellaria baicalensis atau dikenal juga sebagai Baikal Kopiah.
Baca Juga: Ciri-ciri Sakit Kepala yang Bisa Jadi Pertanda Serangan Stroke
Akan tetapi, pada saat ini banyak praktisi telah mengganti komposisi cula badak dengan cula kerbau dan kesturi buatan sebagai pengganti kesturi.
Selain itu komposisi bezoar buatan dipakai sebagai pengganti komposisi utama bezoar.
Manfaat Obat Cina Angkung
Pil Angong Niuhuang ini juga disebutkan sebagai salah satu dari "Tiga Harta Karun Penyakit Demam" dalam pengobatan tradisional Tiongkok.
Dengan manfaat yang dimilikinya sebagai obat Cina yang memiliki efek menghilangkan panas dan detoksifikasi, menenangkan kejang dan resusitasi.
Tak hanya itu, fungsi utamanya sebagai obat stroke terbukti dari efeknya yang bisa mengobati koma dan ensefalitis, meningitis, ensefalopati toksik, pendarahan otak, dan sepsis.
Oleh karena itu, stroke tipe panas berdahak (termasuk pendarahan otak dan infark otak) tahap akut dapat ditangani dengan dosis penggunaan yang tepat.
Aturan Pakai Obat Cina Angkung
Penggunaan obat Cina Angkung seharusnya tidak melebihi 2 kapsul sehari dan sebaiknya tidak digunakan terus menerus lebih dari 3 hari.
Untuk pasien dengan pendarahan otak atau stroke, mereka dapat meminum setengah kapsul pada saat serangan akut, dan kemudian meminum setengah kapsul lagi setelah 4 sampai 6 jam.
Pengobatan tradisional Cina (TCM) sendiri menyebutkan, penggunaan berlebih obat Cina Angkung ini dapat membahayakan orang dengan stroke, maka jangan sampai berlebih dalam penggunaannya.
Jika dirasakan obat ini memberikan efek yang lebih parah, maka hentikan penggunaan untuk menghindari kondisi yang mengancam jiwa.
Pengobatan stroke dan penyumbatan pembuluh darah di otak perlu mendapatkan penanganan medis secepat mungkin untuk keselamatan jiwa dan pengobatan yang efektif. (*)
Baca Juga: Pasien Stroke Tinggi, Metode Cuci Otak Untuk Pasien Stroke Jadi Pilihan
Source | : | CDC,Health.people.com.cn,Gov.cn |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar