GridHEALTH.id - Covid-19 menjadi “musuh” bersama sejak dinyatakan sebagai pandemi pada awal 2020 lalu.
Tiga tahun berlalu, penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini, telah menyebabkan 6,8 juta kematian di seluruh dunia.
Sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, China, sudah ada lebih dari lima varian Covid-19 beserta subvariannya, yang kerap menyebabkan lonjakan kasus di sejumlah negara.
Belakangan muncul dugaan bahwa varian Covid-19 yang ada merupakan hasil "rekayasa" dari perusahaan farmasi ternama yang juga menghasilkan vaksin Covid-19, yakni Pfizer.
Hal ini menjadi sorotan, setelah beredar video investigasi undercover yang dilakukan oleh Project Veritas. Dalam video tersebut, pembuat konten berbicara dengan seseorang bernaam Jordon Tristhon Walker.
Ia diduga merupakan direktur penelitian dan pengembangan, operasi strategis, dan perencanaan ilmiah mRNA Pfizer.
Dikutip dari laman Katv.com, Kamis (26/1/2023), Jordon mengakui bahwa dia dan eksekutif Pfizer lainnya telah membahas virus Covid-19 yang "bermutasi" untuk mengembangkan vaksin.
"Anda tahu bagaimana virus terus bermutasi? Nah, salah satu hal yang sedang kami jelajahi adalah, mengapa kita tidak memutasikannya (varian Covid) sendiri sehingga kita dapat membuat vaksin baru terlebih dahulu?" ujarnya.
"Namun, jika kita akan melakukan itu, ada risiko seperti yang dibayangkan, tidak ada yang ingin perusahaan memutasi virus," sambungnya.
Walker kemudian kembali menjelaskan eksperimen ilmiah tentang menginfeksi monyet dengan virus, sehingga para peneliti dapat secara aktif "merekayasa varian Covid-19" dan memaksanya untuk bermutasi dengan cara tertentu seperti yang diinginkan.
"Tetapi Anda harus sangat terkontrol untuk memastikan virus yang Anda mutasi ini tidak menciptakan sesuatu yang menyebar kemana-mana," pungkasnya.
Baca Juga: Covid-19 Varian Kraken Terdeteksi di Indonesia, Perhatikan 8 Gejalanya
Mengetahui adanya isu "rekayasa" varian Covid-19, Pfizer angkat suara untuk meluruskan hal tersebut melalui rilis yang diterbitkan pada Jumat (27/1/2023).
"Tuduhan baru-baru ini dibuat terkait dengan perolehan fungsi dan mengarahkan penelitian evolusi di Pfizer, perusahaan ingin meluruskannya," bunyi rilis tersebut, dikutip dari situs resmi Pfizer.
Dijelaskan bahwa dalam proses pengembangan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, perusahaan farmasi tersebut belum melakukan peningkatan fungsi atau mengarahkan penelitian evolusi.
Mereka hanya melakukan penelitian terhadap varian baru, setelah diidentifikasi dan diumukan oleh pihak yang berwenang.
"Pekerjaan ini dilakukan setelah varian baru yang menjadi perhatian telah diidentifikasi oleh otoritas kesehatan masyarakat," jelas mereka.
Penelitian dilakukan untuk menilai kemampuan vaksin yang ada dalam meningkatkan antibodi serta menetralkan varian yang mengkhawatirkan.
Selain itu, penelitian terhadap varian yang beredar, juga dilakukan agar bisa tahu apakah dibutuhkan pembaruan pada vaksin Covid-19 yang sudah ada atau tidak.
"Kami kemudian menyediakan data ini melalui jurnal ilmiah peer review dan menggunakannya sebagai salah satu langkah untuk menentukan, apakah pembaruan vaksin dilakukan," jelasnya.
Sementara itu, terkait dengan antiviral Paxlovid, penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi potensi mutasi resistensi terhadap nirmatrelvir, satu dari dua komponen obat.
"Dengan virus yang berkembang secara alami, penting untuk menilai aktivitas antivirus secara rutin," pungkas mereka.
Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan di laboratorium, dilaksanakan menggunakan simulasi komputer atau mutasi protease uatama alias bagian virus yang tidak menular. (*)
Baca Juga: Syarat Perjalanan Setelah Digulirkannya Progrm Vaksinasi Booster Kedua 2023
Source | : | Pfizer Inc.,Katv.com - Varian covid-19 |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar