GridHealth.id - Roger Danuarta bagikan kisah babysitter yang melakukan kekerasakn fisik pada anaknya.
Ya, pria yang menikah dengan Cut Meyriska itu sempat trauma dengan kehadiran babysitter di rumahnya.
Sebab ada perlakuan tak pantas yang dilakukan pada putranya, Shaquille. Di kasus pertama, sang putra sempat diberikan makanan basi oleh sang babysitter.
Lalu di kasus kedua ia mendapati babysitter barunya lakukan kekerasan fisik pada sang putra.
"Yang kasus kedua justru nyakitin secara fisik gitu. Ia mukul juga, terus dijepitin ke mobil (mainan) juga tangannya.
Baca Juga: Balita 2,5 Tahun Ditampar Orang Dewasa, Trauma di Kepala Bisa Merusak Otak
Jadi lagi main, tangannya dijepitin dipintu mobil mainannya, cuma kan sampai nangis itu," ujar Roger Danuarta dikutip dari Tribunnews.
Rupanya Roger Danuarta juga sangat emosi dengan babysitter yang kedua karena memukul anaknya yang lama tidur.
"Tapi yang pertama gue enggak semarah yang Kedua. Shaquille kan dari lahir enggak pernah rewel, dia jarang banget nangis.
Tapi selama 2 minggu itu nangis terus, curiga kan, dicek ternyata pas lagi tidur kan anak kecil tangannya suka ngutil, nah sama suster ini disentil tangannya sampai sesenggukan gitu nangisnya.
Akhirnya langsung kita bawa ke Polres Jakarta Selatan terus kasih efek jera," tandas Roger Danuarta.
Terlepas dari itu semua, ternyata ada dampak jangka panjang yang akan dirasakan oleh anak terutama anak yang datang dari kekerasan fisik, seperti:
Paparan kekerasan fisik pada usia dini bisa mengganggu perkembangan otak dan merusak bagian lain dari sistem saraf.
Bukan itu saja, sistem endokrin, peredaran darah, muskuloskeletal, reproduksi, pernapasan, hingga kekebalan tubuh juga bisa terganggu.
Dengan demikian, kekerasan fisik pada anak bisa berdampak negatif terhadap perkembangan kognitif dan mengakibatkan rendahnya prestasi pendidikan.
Anak- anak yang terpapar kekerasan fisik terutama sejak dini dan berkepanjangan lebih mudah terpapar rokok, minuman beralkohol, obat-obatan, hingga perilaku seksual berisiko tinggi.
Semua kegiatan tersebut biasanya dilakukan sebagai jalan keluar atas stres dan sakit fisik yang dirasakannya.
Selain itu, anak-anak dengan kekerasan fisik juga memiliki tingkat kecemasan tinggi, berisiko depresi, dan masalah kesehatan lainnya.
Bahkan dalam kasus tertentu bisa menyebabkan bunuh diri.
Berbagai perilaku negatif yang bisa merubah gaya hidup bisa meningkatkan risiko penyakit seiring berjalannya waktu.
Berbagai risiko kesehatan tersebut biasanya kanker, diabetes, hingga kardiovaskular.
Pada anak usia muda cukup mudah mengenali bahwa mereka jadi korban kekerasan fisik.
Baca Juga: Kasus Kekerasan Seksual Tinggi, Mengapa Banyak Korban Enggan Lapor?
Sebagai contoh adalah ketakutan dengan spesifik individual, seperti mereka akan takut saat melihat orang yang mirip dengan orang yang melakukan kekerasan pada mereka.
Lalu mudah kaget atau takut saat ada orang lain yang menyentuh.
Apa yang bisa orangtua lakukan?
Bagi anak-anak yang sudah mengerti apa artinya kekerasan fisik, orangtua bisa menenangkan anak dengan rasa cinta dan perhatian agar mereka merasa tidak ditinggalkan.
Lalu hindari anak berinteraksi atau kemungkinan tepapar dengan lingkungan yang bisa memberikan mereka kekerasan fisik.
Selanjutnya, jika ada cedera serius pada anak maka ada baiknya kita meminta bantuan layanan kesehatan.
Selain itu, pada anak yang sudah mengerti soal perasaan, orangtua juga bisa mengajak anak untuk lebih terbuka.
Hal itu sangat berguna agar anak mau memberi tahu apa yang mereka rasakan dan akan lebih mudah untuk menentukan perawatan apa yang cocok.
Jika dengan waktu dan kasih sayang yang diberikan orangtua dirasa kurang cukup untuk merawat, maka segera hubungi ahli untuk perawatan lebih lanjut.
Source | : | Tribunnews,WHO - Kekerasan pada Anak,Mayo Clinic - Kekerasan pada Anak |
Penulis | : | Rachel Anastasia |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar