GridHEALTH.id - Kata autis memang sudah tak asing lagi kita dengar, meskipun masih banyak yang salah dalam memahami dan mendefinisikan autis.
Di Indonesia sendiri jumlah anak autis cukup banyak, ada ribuan yang terdata.
Pada 2015 saja, melansir hasil penelitian Ida Erni Sipahutar dan Ni Putu Mena Elisa Agustin dari
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar, yang dipublish di repository.poltekkes-denpasar.ac.id, disebutkan terdapat kurang lebih 12.800 anak penyandang autisme dan 134.000 penyandang spektrum Autis.
Sedangkan data Riskesdas 2013, prevalensi anak umur 24-59 bulan yang mempunyai kecacatan mengalami peningkatan 0,53% dari tahun 2010.
Anak yang mempunyai kecacatan termasuk anak berkebutuhan khusus yaitu tuna netra, tuna
wicara, down syndrome, dan autisme.
Menurut Indahwati dalam Jurnal Sains dan Praktik Psikologi (2014), kasus autisme semakin lama selalu bertambah jumlahnya.
Tapi yang terpenting harus kita ketahui adalah anak autis membutuhkan dukungan keluarga dekat khususnya ibu dalam meningkatkan kompetensi sosial anak.
Hal tersebut penting dicamkan, sebab di Indonesia anak berkebutuhan khusus sering kali mengalami berbagai persoalan psikologis yang timbul akibat kelainan bawaan dirinya maupun akibat respons lingkungan terhadap ketunaan yang dialami anak tersebut.
Dukungan dari lingkungan social bagi anak berkebutuhan khusus sangat memengaruhi perkembangan anak tersebut.
Hal itu sepertinya tercermin dari dua orangtua beda geerasi dan usia ini.
Baca Juga: Gejala Darah Rendah yang Umum Dirasakan, Jangan Disepelekan, Masalah Kesehatan Serius Ini Mengintai
Source | : | Jurnal UNY-autis,Kompas.com-anji,Poltekes Denpasar-autis |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar