GridHEALTH.id – Alat kontrasepsi menjadi cara yang digunakan oleh pasangan untuk menunda kehamilan dan kini ada banyak jenis alat kontrasepsi yang bisa dipilih.
Salah satu alat kontrasepsi yang cukup familiar bagi banyak pasangan adalah KB spiral atau KB IUD.
Bagaimana sebenarnya KB spiral ini? Seberapa efektif dalam ganti KB spiral? Simak ulasan lengkapnya di sini.
KB spiral dikenal juga IUD alias intra uterine device, adalah sebuah alat kontrasepsi berbahan plastik dengan bentuk seperti huruf ‘T’ dan dipasang di dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
Jika dilihat dari efektivitasnya, disebutkan bahwa alat ini menjadi salah satu alat kontrasepsi yang bekerja efektif mencegah kehamilan.
Alat ini bisa langsung mencegah terjadinya kehamilan setelah dipasang di dalam tubuh.
Oleh karena itu peluang untuk hamil saat menggunakan KB spiral disebut sangat kecil. Selain itu, bisa bertahan untuk waktu yang lama.
Beberapa kelebihan yang didapat terkait KB spiral, yaitu:
- Efisien, bisa dilepas kapan saja tanpa memengaruhi kesuburan
- Mengurangi efek PMS, risiko penyakit kanker serviks dan endometrium (rahim)
Baca Juga: Pernah Harus Bayar Obat di Faskes dengan Alasan Tak Dicover BPJS? Lapor ke Sini!
- Tidak berpengaruh pada berat badan
- Aman untuk ibu menyusui.
Selain memiliki beragam keuntungan, KB spiral ternyata juga perlu diperhatikan efek sampingnya, seperti pendarahan yang mungkin saja dialami oleh seseorang ketika ganti KB spiral.
Berikut ini beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat ganti KB spiral, yaitu:
- Bisa mengeluarkan lebih banyak darah dari sebelumnya saat menstruasi
- Kram perut yang sangat hebat saat menstruasi
- Mengalami sakit kepala, jerawat, mual, dan nyeri pada payudara
Selain itu, ganti KB spiral kemungkinan mengalami beberapa masalah saat menggunakannya, seperti:
- IUD lepas sendiri
- Lubang pada rahim (perforasi rahim)
Baca Juga: Penyebab Dispareunia, yang Membuat Perempuan Sakit Saat Hubungan Badan
- Penyakit infeksi radang panggul.
Melansir dari fk.ui.ac.id disebutkan saat ganti KB spiral maka memerlukan waktu yang tepat, bahkan sebaiknya tidak terlalu lama khususnya bagi pasangan yang masih produktif dan mengharapkan keturunan.
Hal ini dikarenakan penggunaan IUD berbahan cuprum atau tembaga disebut memengaruhi peluang hamil.
“Jika memasang IUD jenis copper T (CuT) sebaiknya jangan lebih dari 6 tahun. Setelah 6 tahun bisa ganti kontrasepsi lain yang sesuai keinginan dan kenyamanan,” kata dr Irvan Adenin, SpOG dalam laman tersebut. (*)
Source | : | fk.ui.ac.id,Puskesmaspadureso.kebumenkab.go.id |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar