GridHEALTH.id - Batuk merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi, sehingga saat terjadi sering dianggap sebagai suatu hal yang biasa.
Ini juga merupakan cara alamiah tubuh untuk menghilangkan lendir atau hal yang mengiritasi saluran pernapasan.
Meski begitu, sebaiknya juga tidak mengabaikan batuk begitu saja, karena ini bisa menjadi tanda awal dari kondisi yang lebih serius seperti tuberkulosis (TBC).
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang mudah menular melalui percikan air liur, yang terjadi saat seseorang berbicara atau batuk.
Umumnya, pasien TBC sulit diketahui. Sehingga rentan menularkan penyakitnya ke orang lain.
Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), Pengurus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan, semua orang berisiko tertular oleh penyakit ini.
Namun, risiko paling tinggi dimiliki oleh anak-anak, orang dengan HIV/AIDS, lansia, penyandang Diabetes Melitus, hingga perokok.
Adapun gejala TBC yang khas dan paling sering dialami oleh pengidap penyakit ini adalah batuk.
Batuk seperti apa yang mengindikasikan seseorang terinfeksi tuberkulosis?
"Gejala TBC itu batuk lebih dari dua minggu, biasanya berdahak. Kalau sudah mengenai pembuluh darah di dalamnya biasanya akan berdarah," kata dokter Fathiyah dalam webinar Hari TBC Sedunia yang diadakan Kalbe, Kamis (30/3/2023).
Selain itu, pengidap penyakit ini juga kerap mengeluhkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan paru seperti nyeri dada.
Baca Juga: Mengenal Tes Mantoux Deteksi TBC Pada Anak, Kapan Sebaiknya Dilakukan?
"Disertai dengan gejala sistemik seperti demam tidak terlalu tinggi, menjelang sore (merasa) nggak panas tapi pas dipegang nggak panas. Lalu nafsu makan turun," jelasnya.
Dokter Fathiyah mengingatkan, apabila mengalami batuk yang tak kunjung sembuh, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Dengan begitu, deteksi dini bisa segera dilakukan, begitu juga pengobatannya. Pengobatan TBC rata-rata berlangsung selama enam bulan dan tidak boleh terputus.
"Kalau misalnya bergejala, batuk lebih dari 2 minggu sebaiknya segera periksa ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan dahak dan foto rontgen. Kalau kena bisa ketahuan lebih awal dan bisa diobati," ujarnya.
Dokter Fathiyah mengingatkan, prinsip dari pengobatan yang dijalani tak hanya untuk sembuh, tapi juga memutus rantai penularan.
Saat ini, pengobatan TBC di Indonesia ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada 2021 terjadi kenaikan kasus TBC secara global sekitar 10,6 juta dibandingkan pada 2020.
Berdasarkan Global TB Report, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan kasus terbanyak.
Ini menunjukkan adanya peningkatan, mengingat sebelumnya kasus TBC di Indonesia ada di posisi tiga di seluruh dunia.
"Berdasarkan data Global TB Report 2022, dilaporkan 969.000 kasus TBC di Indonesia. Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat kedua capaian penemuan kasus," ujarnya.
Sementara itu, data kasus TBC di Indonesia masih di bawah target penemuan kasus, sekitar 74 persen dari 90 persen. (*)
Baca Juga: Salah Dosis dan Lupa Minum Obat Bisa Munculkan TBC Resisten, Bisa Menyebabkan Tuli dan Kebutaan
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar