Subvarian Omicron XBB.1.16 ini menjadi sorotan setelah menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di India.
Meskipun sebenarnya beberapa negara lain pun juga telah melaporkan adanya varian ini, bahkan negara tetangga Indonesia seperti Singapura sekalipun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tengah melakukan pemantauan lebih lanjut terhadap subvarian ini.
Mengutip Daily Mail (12/4/2023), varian Arcturus pertama kali terdeteksi pada akhir Januari lalu.
Pimpinan teknis Covid-19 WHO Dr Maria Van Kerkhove mengonfirmasi, kalau varian ini memang sudah beredar selama beberapa bulan.
"Kami belum melihat perubahan tingkat keparahan pada individu atau populasi, tetapi itulah mengapa kami menerapkan sistem ini," ujarnya.
"Ini memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infektivitas serta potensi peningkatan patogenisitas," sambungnya.
Sementara itu, sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan Jepang menunjukkan bahwa subvarian ini mempunyai risiko penularan 1,2 kali lebih besar dibandingkan strain Kraken.
Mereka menggunggah temuan tersebut ke bioRxiv, di mana dituliskan bahwa keunggulan ini menunjukkan varian barua akan menyebar ke seluruh dunia dalam waktu dekat.
Para peneliti menghubungkan ini dengan mutasi yang dapat mempersulit sistem kekebalan untuk mengatasi dan meningkatkan laju pertumbuhannya.
Namun, mereka mengatakan tidak ada bukti bahwa varian Arcturus mempunyai kemampuan untuk menghindari perlindungan yang diperoleh dari vaksin atau infeksi sebelumnya, dibandingkan dengan Kraken. (*)
Baca Juga: Status Kedaruratan Covid-19 Berlanjut, Menko PMK: Hingga Bulan Mei
Source | : | Tribunnews.com,Daily Mail |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar