GridHEALTH.id - Penyakit sifilis belakangan terungkap kasusnya mengalami peningkatan di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada awal bulan ini.
Penyakit dengan nama lain raja singa ini, meningkat dalam kurun waktu 5 tahun (2016-2022), dengan rata-rata 17.000 hingga 20.000 kasus setiap tahunnya.
Mengetahui penyebab dan gejala sifilis, merupakan hal yang penting untuk bisa menekan angka kejadian penyakit ini.
Melansir DermNet, merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS), penyebab sifilis adalah berpindahnya bakteri Treponema pallidum.
Seseorang akan jatuh sakit saat bakteri tersebut masuk ke tubuh melalui kulit yang terluka atau selaput lendir, biasanya pada alat kelamin.
Sehingga, paling sering memang ditularkan melalui kontak seksual, meskipun ada juga penularan melalui cara lain.
Orang-orang yang berusia 20 hingga 35 tahun, merupakan kelompok yang paling berisiko terkena penyakit ini.
Penyakit ini terbagi menjadi tiga fase yang terdiri dari sifilis primer, sifilis sekunder, dan sifilis tersier.
Gejala yang dialami oleh penderita penyakit ini berbeda-beda, tergantung fasenya masing-masing.
Menurut Penn Medicine, fase sifilis primer berlangsung 14-21 hari. Dengan gejala berupa luka kecil (chancre) di alat kelamin, mulut, kulit atau rektum yang sembuh dalam 3-6 minggu.
Selain itu, pada fase ini penderitanya juga akan mengalami pembesaran kelenjar getah bening.
Baca Juga: Awas Bahaya Munculnya Kutil Kelamin! Waspadai 3 Gejalanya Berikut Ini
Bakteri terus berkembang di tubuh dan memasuki fase sekunder, yang gejalanya akan muncul 4-8 minggu setelah fase primer. Gejalanya antara lain:
* Ruam kulit, biasanya di telapak tangan dan telapak kaki
* Luka bercak lendir di dalam atau sekitar mulut, vagina, maupun penis
* Bercak kutil yang lembab (disebut condylomata lata) di alat kelamin atau lipatan kulit
* Pembengkakan kelenjar getah bening
Pada fase ini, gejala sifilis juga meliputi demam, nafsu makan yang hilang, nyeri otot dan sendi, rambut rontok, hingga perubahan pada penglihatan.
Selama fase primer dan sekunder, penyakit ini biasanya sembuh tanpa pengobatan dan menjadi laten. Tapi, selama fase ini, bakteri bisa merusak organ yang mengarah ke sifilis tersier.
Sifilis tersier berkembang pada penderita yang sama sekali tidak mendapatkan pengobatan. Gejalanya meliputi:
* Kerusakan pada jantung, mengakibatkan aneurisma atau penyakit katup
* Gangguan pada sistem saraf pusat (neurosifilis)
* Tumor kulit, tulang, atau hati (*)
Baca Juga: Survei , Masyarakat Indonesia Masih Enggan Pakai Kondom Untuk Menghindari Infeksi Menular Seksual
Source | : | Dermnet.org,Penn Medicine |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar