GridHEALTH.id - Mie instan menjadi makanan kesukaan banyak orang, termasuk anak-anak.
Pada kondisi tertentu, mie terkadang dijadikan sebagai pengganti nasi sebagai sumber karbohidrat.
Meski begitu, ternyata mengonsumsi mie instan, apalagi berlebihan, dikaitkan dengan risiko stunting. Kenapa?
Anak stunting merupakan masalah kesehatan serius yang menjadi perhatian pemerintah hingga saat ini.
Pasalnya, prevalensi atau angka kejadian masalah kesehatan ini masih cukup jauh dari target.
Dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, diketahui persentasi stunting sekitar 21,6%. Sedangkan targetnya sekitar 14% pada akhir 2024.
Untuk menekan angka tersebut, dibutuhkan komitmen yang kuat, terutama dari orangtua terkait asupan gizi anak.
Pakar nutrisi UNICEF untuk Asia Meuni Mutunga, kebiasaan orangtua yang tidak memerhatikan pola makan anak dengan baik, dapat memengaruhi keseimbangan gizi buah hati.
Misalnya orangtua yang lebih memilih memberikan makanan praktis, seperti mie instan, tanpa memerhatikan kandungan gizinya.
Data dari World Instant Noodles Association, konsumsi mie instan di Indonesia termasuk tinggi.
Pada 2022 lalu, jumlah konsumsinya mencapai 14,26 miliar porsi atau bungkus. Ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yakni 13,27 miliar bungkus.
Baca Juga: Kerap Dianggap Remeh, Ternyata Ini Manfaat Posyandu untuk Mencegah Stunting
Ini tentu harus menjadi perhatian, apalagi jika makanan cepat saji tersebut dikonsumsi oleh anak-anak.
Alasan mengapa mie instan memicu stunting, karena dalam makanan ini terdapat kandungan monosodium glutamat (MSG) yang cukup banyak, untuk memperkaya citarasanya.
Produk yang dibuat dari bahan baku tepung, garam, dan minyak kepala sawit ini, dinilai tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi anak.
Selain itu, bagi anak yang usianya sangat kecil, asupan natrium yang tinggi dapat berpengaruh buruk pada organ tubuhnya seperti jantung, hati, dan ginjal.
Padahal, untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak, dibutuhkan asupan nutrisi yang seimbang. Mulai dari karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral.
Tidak terpenuhinya asupan nutrisi yang penting tersebut, lama-kelamaan dapat memicu anak stunting.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, untuk mendukung tumbuh kembangnya, anak memerlukan asupan nutrisi yang lengkap.
Untuk memenuhi asupan gizi tersebut, Kementerian Kesehatan mencanangkan pola makan "Isi Piringku".
Dalam satu porsi makan, sebaiknya terdiri dari setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi sumber protein (hewani atau nabati). Pastikan jumlahnya lebih banyak daripada karbohidrat.
Pola makan yang sehat ini, sangat dianjurkan untuk diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu, potensi terjadinya stunting dapat diminimalisir dan tumbuh kembangnya dapat berjalan dengan baik. (*)
Baca Juga: Kurang Darah Selama Hamil Bisa Sebabkan Anak Stunting, Bagaimana Mencegahnya?
Source | : | Gridhealth.id,Kemenkes RI,SKATA |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar