GridHEALTH.id - Saat mengonsumsi makanan panas, secara otomatis seseorang akan meniup untuk membuatnya dingin.
Bagi sebagian orang, ini sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan sejak kecil dan sulit untuk dihilangkan.
Kebiasan meniup makanan panas, dilansir dari Mental Floss, diketahui memang dapat membantu menurunkan suhunya.
Ketika udara ditiupkan, makanan akan menerima udara yang mendekati suhu tubuh dan menggunakannya untuk menggantikan udara yang lebih hangat dalam proses konveksi.
Alhasil, suhu udara di wadah makanan menjadi lebih dingin dan hal yang sama juga akan terjadi pada makanan.
Kendati demikian, meniup makanan panas disebut dapat membahayakan kesehatan. Benarkah atau itu hanya mitos?
Benar adanya, kalau kebiasaan ini memiliki efek yang kurang baik untuk kesehatan jika terus dilakukan.
Melansir Tribunnews, Pramono ahli gizi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin menjelaskan, saat melakukannya ada peluang kuman dari mulut berpindah ke makanan sehingga terjadi penularan penyakit infeksi.
"Bayangkan apabila si peniup sedang sakit flu, TBC, atau mungkin hepatitis, maka kemungkinan peluang penularan akan terjadi," ujarnya.
Selain itu, meniup makanan panas juga akan menyebabkan terbentuknya senyawa yang bisa menyebabkan masalah kesehatan.
Ketika meniup, mulut akan mengeluarkan gas CO2 dari dalam mulut dan apabila uap air bereaksi dengan karbondioksida, maka akan terbentuk asam karbonat (carbonic acid).
Baca Juga: Air Dingin Setelah Makan Panas: Mitos dan Fakta Mengenai Pengaruhnya pada Kesehatan
Source | : | Tribunnews,Food Standars Agency UK |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar