Penularan Covid-19 Eris sama seperti varian yang lainnya, yakni melalui droplet yang keluar saat seseorang berbicara, bersin, atau batuk.
Droplet yang mengandung virus tersebut, kemudian mengkontaminasi benda di sekitar.
Ketika memegang benda-benda tersebut dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut, maka virus dapat masuk ke tubuh dan menyebabkan infeksi.
Gejala yang dirasakan pun juga tidak berbeda dengan infeksi Covid-19 varian yang sebelumnya seperti hidung tersumbat atau meler, demam, sakit kepala, hingga sakit tenggorokan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan varian ini sebagai varian dalam pengawasan global.
WHO mencantumkan sejumlah tindakam yang direkomendasikan agar diprioritaskam oleh negara-negara anggota.
Seperti memahami kemampuan varian ini untuk mengelabui antibodi dan tingkat keparahan EG.5. Kedua hal tersebut termasuk indikator dalam pemantauan.
Nadia Tarmizi mengingatkan agar masyarakat untuk tidak panik, meksipun varian baru Covid-19 ini sudah ada Indonesia.
Pasalnya, tidak terlihat adanya peningkatan kasus. Tapi, sikap waspada tetap diperlukan.
Kelengkapan vaksinasi masih ditekankan dan masyarakat juga diminta selalu menjaga kesehatan.
"Kita melihat tidak ada peningkatan kasus ataupun fatalitas dari Covid-19. Jadi tetap waspada dan jaga kesehatan dengan segera lengkapi vaksinasi Covid-19 yang saat ini masih gratis," pungkasnya. (*)
Baca Juga: Status Covid-19 di Indonesia Resmi Endemi, Positif Covid-19 Tetap Harus Isolasi?
Source | : | Kompas.com,Washington Post,Kontan.co.id |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar