GridHEALTH.id - Kualitas udara yang dihirup sehari-hari sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan.
Belakangan kualitas udara khususnya di Jakarta menjadi sorotan, karena polusi udara yang tinggi menyebabkan udara yang dihirup menjadi kurang sehat.
Melansir situs IQAir, pada Selasa (15/8/2023) pagi, dari data yang diperbarui pukul 06.00 WIB DKI Jakarta berada di peringkat kelima sebagai kota dengan kualitas udara buruk.
Diketahui AQI US 170 dengan konsentrasi polutan utamanya PM 2.5, mengindikasikan udara yang tidak sehat.
"Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini 18.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," bunyi penjelasan di situs IQAir.
Saat ini Indonesia sudah memasuki musim kemarau dan cuaca terbilang panas serta kering, yang menjadi salah satur faktor buruknya kualitas udara di Jakarta.
"Salah satu faktor pencetusnya adalah kondisi kita masuk musim kemarau yang memang di bulan Juli hingga September biasanya titik musim kemarau sedang mencapai tinggi-tingginya. Sehingga memang berakibat pada kondisi udara Jakarta yang kurang baik," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto, dikutip dari Kompas (11/8/2023).
Kondisi ini menjadi perhatian semua pihak, karena dampaknya yang kurang baik untuk kesehatan.
Dokter paru di RSUP Persahabatan DR. dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K), mengatakan polusi udara mempunyai dampak jagka pendek dan jangka panjang bagi masyarakat.
Dampak jangka pendek dari paparan polusi udara selain infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), juga menyebabkan orang-orang dengan gangguan pernapasan kronik penyakitnya lebih sering kambuh.
"Untuk orang-orang yang sudah punya gangguan pernapasan kronik misalnya pasien asma, pasien PPOK (penyakit paru obstruktif kronik), orang lansia dengan kerentanan tertentu," kata dokter Feni kepada GridHEALTH, Senin (14/8/2023).
Baca Juga: Dua Hari Berturut-turut, Jakarta Jadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk
"Kalau orang yang asma dan PPOK itu memudahkan mereka jadi kambuh, jadi makin sering keluhannya dan makin berat," sambungnya.
Sementara itu, paparan polusi udara jangka panjang dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dalam jangka waktu lama, bisa mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius dan fatal.
"Tubuh kekurangan oksigen yang berlarut-larut dalam jangka panjang, bisa mengakibatkan arahnya ke penyakit gangguan fungsi paru, stroke, bisa penyakit jantung koroner, hipertensi, itu efek jangka panjangnya," jelasnya.
Menurut dokter Feni, salah satu cara termudah dan instan yang dilakukan adalah dengan menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
"Sekarang kita di kota besar, enggak mungkin enggak keluar rumah, sementara polusi enggak bisa dihilangkan begitu saja," ujarnya.
"Salah satu (perlindungan) menggunakan masker saat di luar ruangan," sambung dokter yang juga merupakan Staf Departemen Pulmonologi FKUI.
Jenis masker yang ideal untuk melindungi diri dari polusi udara adalah masker N95. Akan tetapi, pemakaiannya juga harus tepat, baru bisa memberikan perlindungan yang optimal.
"Cara pemakaiannya lebih rumit, karena masker N95 itu kalau bocor, kita gak mendapatkan perlindungan yang optimal. Tapi kalau dia dipakai bener dan gak bocor, itu juga gak nyaman buat penggunanya," jelasnya.
"Contoh waktu covid kan, semua tertutup membuat penggunanya gak nyaman. Antara ideal dan mampu laksana, kita harus berdamai di situ," sambungnya.
Meskipun idealnya adalah masker respirator, tapi tidak masalah jika menggunakan jenis lain karena ini lebih penting dibanding tidak memakai masker sama sekali. Selain masker, diingatkan juga bagi penyandang penyakit gangguan pernapasan kronik untuk menyiapkan obat-obatan pribadi.
"Sehingga kalo serangan muncul sudah siap dengan obat-obatan. Kalo pun ada perburukan gejala, harus segera berobat ke dokter terkait supaya gak berlarut-larut dan berakibat fatal sehingga harus dirawat di rumah sakit," pungkasnya. (*)
Baca Juga: Ibu Wajib Waspada, Polusi Udara Tingkatkan Risiko Gangguan Kognitif dan Stunting
Source | : | Kompas.com,iqair.com |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar