Ia melanjutkan, "Pergerakan yang sangat kurang itu juga menyebabkan orang jadi lebih mudah diabetes. Kenapa? Beratnya naik, menjadi lebih gemuk, menjadi lebih obes."
Kenaikan berat badan yang menyebabkan adanya penumpukan lemak di perut, mengakibatkan kerja insulin jelek.
Lama-kelamaan, seseorang menjadi lebih rentan untuk mengalami diabetes.
Risikonya akan semakin tinggi, apabila orang tersebut mempunyai faktor genetik, yakni keluarga satu garis keturunan yang mengidap penyakit gula.
Tak hanya itu, makanan yang dikonsumsi juga bisa berpengaruh terhadap makanan peningkatan kasus diabetes.
"Walaupun bukan makanan manis, tapi konsumsi yang dimakan jumlahnya, kalorinya lebih banyak," jelasnya.
Ketika bekerja, tak jarang seseorang akan mengonsumsi camilan dan ini berdampak pada meningkatnya risiko obesitas.
"Jadi selain malas bergerak, tapi juga makanan kalori yang dimakan jumlahnya menjadi lebih besar," tuturnya.
Pada masa pandemi lalu, orang-orang juga kebanyakan takut untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
Ini menyebabkan kondisinya terlambat terdeteksi dan pada alhasil saat melakukan pemeriksaan, kadar gulanya semakin tinggi.
"Jadi banyak hal-hal yang membuat peningkatan dari 2019 ke 2021 adalah itu. Jadi Covid-19 ini memegang peranan yang cukup besar, sehingga prevalensi kita meningkat," pungkasnya. (*)
Baca Juga: Kenali Manfaat Isomaltulosa, Pengganti Gula Bagi Penyandang Diabetes
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar