Direkomendasikan untuk lebih sering mengonsumsi sayuran dan buah-buahan segar, serta mengurangi makanan yang diawetkan. Selain itu, daging merah pun juga dikurangi konsumsinya, terutama yang sudah menjadi produk olahan.
"WHO sudah mengatakan tahun 2015, bahwa daging merah itu karsinogenik apabila diolah contohnya sosis, kornet beef, dan ham," jelasnya.
Selain makanan, faktor risiko kanker payudara yang bisa diubah meliputi kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan stres.
Profesor Noor juga mengingatkan kepada para wanita pentingnya deteksi dini kanker payudara, yang bisa dilakukan dengan SADARI.
"Paling mudah adalah SADARI, yaitu memeriksa payudara sendiri setiap 3 bulan sekali," ujarnya.
Pemeriksaan mandiri ini bisa dilakukan ketika mandi dan mengaplikasikan sabun, serta di depan kaca. Tujuan dari melalukan pemeriksaan ini adalah memastikan ada atau tidaknya benjolan di payudara.
Jika mendapati adanya benjolan, pakar dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) ini menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter.
"Kalau ada benjolan kita harus anggap serius dulu nih. Kita harus cepat berobat, kita USG, berisi air atau danging?" jelasnya.
"Kalau berisi air namanya kista dan tidak terlalu berbahaya. kalau berisi daging, namanya tumor dan tumor itu bisa jinak atau ganas," sambungnya.
Bila tumor dan ukurannya kecil, akan dilakukan evaluasi selama tiga bulan, melalui USG atau mamografi. (*)
Baca Juga: Benarkah Penggunaan Deodoran Sebabkan Wanita Kanker Payudara? Simak Penjelasannya
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar