Terkait risiko penularan pada wanita, dokter Hanny menjelaskan hal tersebut mungkin saja terjadi.
Karena meskipun saat ini kasusnya 100 persen dialami oleh pria, tapi terdapat dua orang yang berorientasi seksual hetero dan yang lainnya tidak jelaskan.
"Masih mungkin (ada penularan) karena ada dua orang dari 28 orang ini, yang mengaku hetero dan mungkin biseksual. Artinya bisa melakukan kontak bersama dengan perempuan," jelasnya.
"Jadi masih memungkinkan didapati kasus pada perempuan," tambahnya.
Terkait penularan cacar monyet yang terjadi di tiga wilayah Indonesia, PB IDI mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat bisa lebih berhati-hati.
Penularan 90 persen disebabkan melalui kontak erat dan kontak seksual. Sehingga, disarankan untuk menghindari kedua hal tersebut dengan pasien terduga cacar monyet.
"Menghindari kontak fisik dengan pasien dengan terduga Monkeypox, adalah suatu hal yang harus diutamakan. Tidak menggunakan barang bersama, misalnya handuk yang belum dicuci, berbagi pakaian, tempat tidur, dan lain sebagainya," kata dokter Hanny.
Selain itu, pada kelompok yang berisiko tinggi sebaiknya hindari perilaku yang berisiko dan melakukan vaksinasi.
Tak hanya itu, disarankan juga bagi masyarakat yang mendapati adanya gejala khas cacar monyet untuk segera melakukan pemeriksaan.
"Dianjurkan untuk menemui dokter apabila muncul gejala lesi kulit yang tidak khas dan didahului oleh demam," pungkasnya.
Tak hanya laki-laki, wanita juga berisiko tertular oleh penyakit ini. Bila mengalami gejala, segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit. (*)
Baca Juga: Kemenkes Ungkap Temukan Kasus Cacar Monyet di Luar Jakarta, Ketahui Cara Mencegahnya
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar