Kemudian, air yang sudah tercemar tersebut digunakan untuk tempat bermain atau bahkan sumber air minum. Penyakit polio pun berisiko tinggi terjadi.
"Kalau lingkungan bersih dan cakupan (imunisasi) tinggi, virus itu sekalipun ada di sekitar, saya kira itu akan tetap aman (tidak memicu infeksi)," jelasnya.
Ia melanjutkan, "Tapi kalau, virusnya ada kemudian cakupan rendah, lingkungan di situ tidak baik, sangat berpotensi besar virus itu berkembang."
Lebih lanjut, untuk mempelajari kasus polio yang muncul belakangan ini, pihaknya sudah menurunkan tim kesehatan lingkungan untuk meneliti sample air.
"Makanya, setiap ada kasus polio, bukan cuma kita periksa ke orangnya, tapi juga lingkungannya. Teman-teman kesehatan lingkungan sudah turun, sumber airnya mereka ambil samplenya, itu semua diperiksa," jelas Maxi.
Maka untuk mencegahnya, pastikan anak sudah mendapatkan imunisasi polio lengkap. Jadwal dan dosis yang direkomendasikan sebagai berikut:
1. Polio tetes (OPV) diberikan usia 1, 2, dan 3 bulan
2. Kombinasi vaksin polio suntik (IPV) dan tetes di usia 4 bulan
3. Vaksin polio suntik dosis kedua saat berusia 9 bulan
Kombinasi imunisasi polio tetes dan suntik diberikan untuk mengoptimalkan pembentukan kekebalan terhadap virus polio.
Selain itu, Kemenkes juga meminta masyarakat untuk tidak BAB sembarangan, karena virus polio dapat bertahan hidup di air maupun tanah selama beberapa waktu. (*)
Baca Juga: Kasus Polio Kembali Ditemukan, Pakar Sarankan 3 Hal Ini untuk Lindungi Anak dari Infeksi
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar