GridHEALTH.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan julukan silent pandemic untuk antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antimikroba.
Sebenarnya, apa itu resistensi antimikroba? Ini merupakan kemampuan mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
Meskipun mikroorganisme itu sudah terpapar oleh obat antimikroba yang sebelumnya efektif menghancurkan atau menghambat pertumbuhannya.
"Dalam hal ini, mikroorganisme tersebut menjadi resisten terhadap obat-obatan yang seharusnya dapat membunuh atau menghambat pertumbuhannya," kata Dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan imunologi dr. Sukamto Koesnoe, Sp.PD-KAI kepada GridHEALTH, Kamis (18/1/2024).
Resistensi antimikroba menjadi perhatian global, karena dapat menimbulkan efek yang fatal.
Dokter Sukamto memaparkan beberapa kondisi yang berisiko terjadi akibat resistensi antimikroba.
AMR yang parah dapat membuat infeksi menjadi tidak responsif terhadap semua jenis antibiotik yang tersedia.
Ini berarti bahwa infeksi tersebut tidak dapat diobati dengan obat antimikroba yang biasanya efektif.
"Jika tidak ada alternatif pengobatan yang efektif, infeksi tersebut dapat menjadi kronis, menyebar ke organ vital, dan berpotensi mengancam nyawa," jelasnya.
Apabila terjadi resistensi antimikroba, maka infeksi akan sulit untuk dikendalikan dan bisa menyebar dengan cepat.
"Ketika mikroorganisme resisten terhadap obat antimikroba, mereka dapat dengan mudah menular ke orang lain melalui kontak langsung atau melalui lingkungan yang terkontaminasi," paparnya.
Baca Juga: Pasien ICU Rentan Alami Resistensi Antimikroba, Dokter Sarankan Lakukan Ini Sebelum Perawatan
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar