Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya wabah atau kejadian infeksi yang lebih luas di masyarakat.
Bahaya AMR lainnya yang perlu diwaspadai adalah terjadinya komplikasi medis serius, akibat infeksi yang tidak bisa diobati.
"Misalnya, infeksi yang menyebar ke organ vital seperti paru-paru, jantung, atau otak dapat menyebabkan pneumonia, endokarditis, atau meningitis yang mengancam nyawa," ujar dokter Sukamto.
Antimicrobial resistance juga dapat menyebabkan peningkatan risiko kematian pada orang yang mengalami infeksi dan tidak dapat diobati.
"Tanpa pengobatan yang efektif, infeksi dapat menyebabkan kerusakan organ, kegagalan sistem tubuh, atau sepsis yang dapat berujung pada kematian," tuturnya.
Asal tahu saja, secara global WHO mencatat ada sekitar 4,96 juta kematian per tahun yang berkaitan dengan resistensi antimikroba.
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI ini menekankan, penting untuk diingat bahwa AMR bukan hanya masalah individu saja.
Akan tetapi, resistensi antimikroba ini juga merupakan ancaman kesehatan global.
"Jika AMR terus meningkat, pengobatan infeksi yang umum dan prosedur medis yang rutin, seperti operasi atau kemoterapi dapat menjadi lebih berisiko dan sulit dilakukan," katanya.
Ia melanjutkan, "Oleh karena itu, pencegahan infeksi dan penggunaan obat antimikroba yang bijaksana sangat penting untuk mengatasi masalah AMR."
Itulah beberapa kondisi berbahaya yang berpotensi terjadi ketika tubuh resisten atau kebal terhadap antimikroba. (*)
Baca Juga: Resistensi Antimikroba Sebabkan 4,9 Juta Kematian, Ketahui Penyebab dan Cirinya
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar