Selain itu, ada juga gejala lain yang menyertainya, seperti demam terutama pada sore hari dan tidak terlalu tinggi, tidak nafsu makan, dan terjadi penurunan berat badan.
Pada beberapa orang, mungkin terjadi batuk darah. Keluhan ini terjadi saat infeksi menyerang lebih luas lesi di paru-paru.
Dokter Fathiyah menegaskan, TBC dapat disembuhkan. Sehingga, perlu segera dilakukan pengobatan.
Pengobatan yang cepat dan tepat, bisa dilakukan jika penyakit ini bisa terdeteksi sedini mungkin.
"Kalau misalnya ada yang sesuai gejala yang tadi, segera berobat ke dokter. Biasanya dilakukan pemeriksaan dahak dan foto rontgen," ujarnya.
Bila terdeteksi mengidap TBC, maka perlu menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat sesuai jangka waktu yang dianjurkan dokter.
"TBC dibagi dua, sensitif dan resisten (obat). Untuk yang sensitif pengobatan 6 bulan dan yang resisten juga 6 bulan. Ada juga pengobatan yang sampai 24 bulan," kata dokter Fathiyah.
Ia melanjutkan, "Baik keduanya (sensitif dan resisten obat), obat harus diminum secara teratur hingga sembuh, tidak boleh putus."
Pakar dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ini menjelaskan, pengobatan yang berhenti sebelum waktunya dapat menyebabkan jumlah bakteri dalam paru-paru atau organ tubuh lainnya bertambah banyak.
Menyebabkan penyakit tuberkulosis semakin berat dan menyebabkan resistensi (kebal).
Ketika pengobatan sudah selesai, pasien TBC akan menjalani pemeriksaan. Memeriksa gejala atau keluhannya, serta foto rontgen untuk memastikan sudah sembuh. (*)
Baca Juga: Pemeriksaan Genome Sekuensing, Deteksi TB Resistensi Obat Lebih Cepat
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar