Untuk menangani TBC pada ibu hamil, profesor Erlina mengatakan, tidak ada perbedaan dari pasien yang lainnya.
Melansir WebMD, pada kasus TBC aktif pada ibu hamil, biasanya akan diberikan tiga obat seperti isoniazid, rifampisin, dan etambutol.
Ketiga obat tersebut mungkin perlu diminum setiap hari, dalam kurun waktu selama 2 bulan.
Selama sisa kehamilan, kemungkinan besar hanya akan mengonsumsi isoniazid dan rifampisin, setiap hari atau dua kali seminggu.
Lebih lanjut, profesor Erlina menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi bila ibu hamil mengidap TBC.
Ketika persalinan, bayi yang dilahirkan berisiko mengalami berat bayi lahir rendah (BBLR).
"Yang paling banyak adalah BBLR, saat lahir berat badan bayinya rendah. Ini tentu berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan kesehatan bayi setelah dilahirkan," kata profesor Erlina.
"Bayi yang BBLR akan memungkinkan mudah sakit, terinfeksi," sambungnya.
Sedangkan risiko penularan TBC pada janin, menurut profesor Erlina sangat jarang terjadi.
"Walaupun dikatakan bisa kumannya menular melalui plasenta, tapi itu artinya kuman harus ada di darah. Jarang sekali TB menular melalui plasenta," jelasnya.
Ibu hamil yang kekurangan nutrisi berisiko tertular TBC. Apabila sudah terinfeksi, pengobatan yang cepat dan tepat perlu dilakukan untuk mencegah efek sampingnya pada kandungan. (*)
Baca Juga: Berapa Lama Pengidap TBC Harus Mengonsumsi Obat? Ini Penjelasannya
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar