Penyakit ini dapat terjadi tanpa gejala (asimptomatik) atau gangguan pernapasan ringan, hingga gangguan pernapasan akut yang parah sampai kematian.
Gejala MERS yang paling sering dilaporkan adalah demam tinggi, batuk-batuk, dan sesak napas.
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan, MERS bukan penyakit baru dan Timur Tengah termasuk Arab Saudi, memang menjadi negara endemik penyakit ini.
"MERS bukan penyakit baru, pertama dilaporkan di 2012. Timur Tengah adalah negara endemik, meskipun beberapa kasus dilaporkan di luar Timur Tengah, tapi itu sifatnya import di mana (pengidapnya) sebelumnya melakukan perjalanan ke Timur Tengah," ujarnya dalam keterangan yang diterima GridHEALTH, Kamis (9/5/2024).
Lebih lanjut, ia menjelaskan penyakit ini berdampak pada saluran pernapasan dan menyebabkan infeksi ringan hingga sedang.
Kejadian infeksi MERS yang sangat parah hingga berujung kematian, hanya sekitar 35 persen.
Hingga saat ini, belum ada vaksin atau obat khusus untuk penyakit ini. Kendati begitu, diharapkan jangan terlalu khawatir.
Karena terdapat sejumlah langkah pencegahan yang dapat dilakukan, terutama bagi masyarakat yang sebentar lagi akan menjalani ibadah haji.
Menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan dan tidak menyentuh bagian mulut, mata, atau hidung dengan tangan kotor.
Penularan utama MERS melalui liur unta. Sehingga, bila melakukan wisata ke peternakan, dianjurkan tidak menyentuh hewan.
"Jangan minum susu unta yang belum dipasteurisasi, hati-hati makan daging unta, (pastikan) harus betul-betul dimasak," ujarnya.
Tidak disarankan juga untuk berbagi alat makan dengan orang lain, meskipun kondisinya sehat.
Dengan menjalankan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), penualaran MERS dapat dicegah dan ibadah berjalan lancar. (*)
Baca Juga: Cara Menguji Air Zam-zam Asli dan Palsu, Jangan Sampai Tertipu
Source | : | who.int |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar