Tidak terpenuhinya asupan gizi, juga membuat anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
Diagnosis stunting dilakukan melalui tanya jawab yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan asupan makan anak, riwayat pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, hingga kondisi tempat tinggal.
Setelah itu, ada pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan fisik dengan mengukur tinggi badan, berat badna, lingkar kepala, dan lingkar lengan.
Seorang anak dikatakan stunting bila tinggi badannya berada di bawah garis merah (-2 SD) kurva pertumbuhan WHO.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, penanganan stunting dilakukan dengan memperhatikan sejumlah hal.
Ini meliputi pengobatan penyebabnya, perbaikan nutrisi, pemberian suplemen, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat.
Beberapa langkah penanganan stunting yang dapat dilakukan, di antaranya:
* Mengobati penyakit yang mendasari, contohnya memberikan obat-obatan antituberkolosis bila anak mengidap TBC
* Memberikan nutrisi tambahan, berupa makanan yang kaya akan protein hewani, lemak, dan kalori
* Memberikan suplemen, mulai dari vitamin A, zinc, zat besi, kalsium, dan yodium
* Menyarankan keluarga untuk melakukan perbaikan sanitasi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (*)
Baca Juga: Diam-diam, Kebiasaan Orangtua Merokok dapat Memicu Anak Stunting
Source | : | Sehat Negeriku,Ayo Sehat Kemkes |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar