GridHEALTH.id - Stunting menjadi isu kesehatan yang terjadi pada anak-anak dan sifatnya serius di Indonesia.
Prevalensi stunting di Indonesia dari data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, tercatat angka kejadian stunting mencapai 21,6%.
Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN), berperan dalam penanggulangan stunting.
BKKBN bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk orang tua, untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting hingga 14% pada 2024.
BKKBN memiliki peran strategis dalam menangani stunting melalui berbagai program dan intervensi, antara lain:
BKKBN memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat mengenai stunting, termasuk penyebab, pencegahan, dan penanganannya.
Dibentuknya Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang bertugas mendampingi keluarga berisiko stunting, dengan memberikan edukasi, pemantauan tumbuh kembang, dan memastikan akses layanan kesehatan.
Program yang diterapkan oleh TPK adalah Keluarga Berisiko Stunting (KKS), yang dilakukan oleh kader PKK, bidan, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, tim TPK akan melakukan kunjungan ke rumah masyarakat secara berkala.
Selain itu, juga memberikan edukasi tentang stunting, memfasilitasi akses layanan kesehatan, pemberian makanan tambahan dan suplemen gizi, hingga peningkatan sanitasi lingkungan.
BKKBN juga melakukan intervensi melalui berbagai program untuk mencegah dan menangani stunting.
Baca Juga: Mengenali Gejala Stunting Menurut Kemenkes dan Cara Menanggulanginya
Adapun program-program yang dijalankan tersebut, yakni pemberian makanan tambahan, suplemen gizi, dan sanitasi lingkungan.
Lembaga ini juga berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait untuk memastikan sinergi dalam penanganan stunting.
Dalam praktiknya, penanganan stunting bukan hanya tugas pemerintah. Orang tua juga berperan besar dalam hal ini.
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar