GridHealth.id - Stunting, atau kondisi pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak akibat kekurangan gizi kronis, adalah salah satu masalah kesehatan yang signifikan di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia.
Stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak, kemampuan kognitif, serta kesehatan jangka panjang.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah anak yang mudah sakit dapat menjadi penanda adanya stunting.
Artikel ini akan mengulas hubungan antara seringnya anak sakit dengan kondisi stunting.
Stunting didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kondisi di mana tinggi badan seorang anak berada di bawah minus dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak WHO.
Kondisi ini biasanya terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang memadai selama seribu hari pertama kehidupan, termasuk masa kehamilan dan dua tahun pertama setelah kelahiran.
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap stunting antara lain:
1. Gizi Buruk: Asupan nutrisi yang tidak memadai dapat menghambat pertumbuhan anak.
2. Kesehatan Ibu: Status gizi dan kesehatan ibu selama kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin.
3. Infeksi Berulang: Anak-anak yang sering mengalami infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernapasan cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk stunting.
4. Sanitasi dan Kebersihan: Lingkungan yang buruk dan sanitasi yang tidak memadai dapat meningkatkan risiko infeksi yang mempengaruhi status gizi anak.
Baca Juga: Upaya Percepatan Penurunan Stunting dan Kendala Intervensi Pencegahan Stunting di Posyandu
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Komentar