GridHEALTH.id – Selama dua tahun terakhir, tercatat ada 12 kasus kelumpuhan yang mana 11 di antaranya disebabkan oleh virus polio tipe 2 dan satu kasus diakibatkan oleh virus polio tipe 1.
Karena itu, pemerintah pun mengimbau para orang tua yang memiliki anak usia 0-7 tahun untuk segera ke fasilitas kesehatan agar mendapat vaksinasi polio.
Sayangnya, sampai saat ini, tak sedikit orang tua yang masih meraga ragu untuk melakukan vaksin polio pada sang anak.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor Impor Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekusor, dan Zat Adiktif Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nova Emelda menegaskan vaksin polio yang digunakan aman karena sudah mendapat izin edar BPOM.
“Vaksin polio sudah pasti aman, sudah mendapat izin edar di Desember 2023, dan sebelumnya sudah mendapat izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) pada 2020. Jadi, pemakaiannya sudah cukup lama,” jelasnya pada laman resmi BPOM, Selasa (13/8/2024).
Lebih lanjut, BPOM mengatakan telah mengevaluasi data-data khasiat, keamanan, dan mutunya.
Evaluasi ini dilakukan bersama pakar yang tergabung dalam Komnas Penilai Obat, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI), dan Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
“Ini sudah dilakukan uji pra klinis, uji klinis fase 1–3. Banyak sekali data-data yang menjamin vaksin ini aman dan bermanfaat untuk digunakan di manusia,” lanjutnya.
Vaksin yang digunakan pada program PIN Polio saat ini merupakan vaksin polio tetes novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2). Vaksin ini khusus digunakan untuk menanggulangi KLB polio tipe 2.
“Vaksin nOPV2 diproduksi dari virus yang dilemahkan dan memberikan proteksi untuk virus polio strain 2. Sedangkan, vaksin iPV berasal dari virus yang dimatikan untuk injeksi virus polio strain 1 dan 3,” jelas Nova.
Selain keamanannya, beredar pula isu bahwa vaksin polio justru bisa menyebabkan kelumpuhan.
Baca Juga: Banyak Anak Alami Demam hingga Diare Setelah Vaksin Polio, Amankah?
Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof Hinky Hindra lantas menjawab isu tersebut.
Menurutnya, vaksin polio yang diproduksi tentunya dengan virus yang dilemahkan untuk merangsang kekebalan pada tubuh terhadap virus polio. Vaksin ini sudah diuji di laboratorium dan sangat-sangat jarang menyebabkan kelumpuhan.
“Vaksin ini sudah dipakai oleh 235 juta orang di 35 negara dan [di] Indonesia sudah hampir 50 juta dosis. Berdasarkan laporan yang masuk dan telah dianalisis Komnas KIPI," kata Prof. Hinky pada laman resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Selasa (13/8/2024) dikutip dari Tribunnews.
"Begitu ada laporan KIPI yang serius kami kaji bersama di Komnas KIPI, tidak ada keterkaitan yang dapat membuktikan kelumpuhan yang terjadi disebabkan vaksin Polio. Tidak ada sampai saat ini,” tegasnya.
Mengutip dari Tribunnews, pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio justru dilakukan secara massal dan serentak untuk mencapai kekebalan kelompok yang optimal dan dapat mencegah perluasan transmisi virus polio. Jika cakupan vaksinasi tinggi, maka dapat terhindar dari wabah polio.
“Anak-anak yang divaksin dapat terlindungi, dan tidak menjadi tempat singgah untuk menyebarkan virus polio ke yang lain,” jelasnya.
Bahaya virus polio perlu dicegah dengan vaksin karena dampaknya sangat fatal bagi masa depan anak-anak. Mereka yang terkena polio akan mengalami kelumpuhan seumur hidup.
“Tadinya demam, batuk, pilek. Setelah beberapa hari kakinya mengecil, dan pincang jalannya. Anak yang tadinya bisa main bola, tiba-tiba demam, sakit, dan cacat. Bayangkan jika menimpa keluarga kita, padahal cukup diteteskan vaksin polio untuk melindungi dia,” lanjut Prof. Hinky.
Lebih lanjut, ia mengatakan program vaksinasi pemerintah perlu terus didorong. Ia menambahkan jika masyarakat jangan ragu dan takut terkait reaksi pasca imunisasi tergolong ringan.
“Ilustrasinya ketika kita makan cabai, reaksi setiap orang berbeda. Begitu juga vaksin polio bisa berbeda, ada yang demam/tidak, ada yang diare/tidak, dan ada yang muntah/tidak," paparnya.
"Dari uji klinis fase 1–3 efek samping yang demam, diare, muntah ini proporsinya rendah, berlangsung singkat, sembuh dengan atau tanpa pengobatan. Ini dinyatakan aman," tutup Prof. Hinky. (*)
Baca Juga: Tak Perlu Ragu, Kemenkes Tegaskan PIN Polio Tidak Menghambat Imunisasi Rutin Lainnya
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar